"Karena besok kami akan melakukan latihan pemulihan hanya untuk beberapa pemain saja,”
Di samping itu, alasan Shin Tae-yong menggelar sesi latihan pasca pertandingan juga bertujuan agar anak-anak asuhnya mempunyai waktu istirahat bersama-sama.
Pertanyaannya, adakah pecinta sepak bola Indonesia sebelumnya menyaksikan hal seperti yang dilakukan oleh seorang pelatih seperti Shin Tae-yong ini?
Paling tidak, menyaksikan hal seperti ini, kemarahan dan kekecewaan seorang Shin Tae-yong, tidak dilampiaskan dengan cara yang negatif. Apa lagi sampai menyebut satu persatu pemain yang masih dianggap memiliki banyak kelemahannya. Melainkan dengan sikap yang elegan, serta penuh dengan rasa tanggung jawab.
Selain itu, hal ini pun bisa jadi merupakan jawaban atas berbagai kritik yang bermunculan. Seperti yang dilontarkan anggota Exco PSSI, Haruna Sumitro, tempo hari.
Menjadi juara merupakan suatu bukti keberhasilan, bukan proses bagaimana untuk meningkatkan prestasi, adalah suatu kekeliruan besar.
Tidak ada kesuksesan yang instan, dan dapat diraih secara spontan. Kecuali mungkin hanya ditemui dalam mimpi di siang bolong belaka.
Jalan panjang yang melelahkan tetap harus ditempuh, meskipun harus menemui turunan yang curam maupun tanjakan yang terjal agar dapat mencapai puncak tujuan.
Perjuangan untuk mencapai kesuksesan seperti itu, tidak hanya berlaku dalam sepak bola saja, tetapi di semua bidang kehidupan pun sama saja.
Program naturalisasi di PSSI sekarang ini bisa jadi hanyalah merupakan program jangka pendek saja, lantaran fakta di depan mata, pemain lokal Indonesia masih saja seperti yang disaksikan saat berhadapan dengan timnas Timor Leste. Masih saja banyak kelemahannya.
Sementara pemain keturunan yang dinaturalisasi, seperti seorang Elkan Baggott saja, meskipun hanya dalam tempo singkat bergabung dengan timnas Indonesia, permainannya memiliki kelebihan dari rata-rata pemain lokal yang bersamanya di turnamen piala AFF 2020 di Singapura.