Silahkan dibaca juga: Seharusnya Arteria Dahlan Bijak dan Jangan Asal (Minta) Main Pecat
Sebagaimana halnya yang terjadi belakangan ini. Setelah yang bersangkutan melontarkan permintaan kepada Jaksa Agung, ST Burhanuddin untuk mencopot seorang kepala kejaksaan tinggi karena telah berbahasa Sunda, ada dugaan yang bersangkutan pun telah melakukan pemalsuan pelat nomor kendaraan roda empat miliknya.
Sebagai seorang pengawal konstitusi, seharusnya seorang Arteria Dahlan memberikan suri tauladan kepada konstituennya. Sementara ini, dia malah justru berlaku sebaliknya. Memberikan contoh buruk, dan sudah dianggap suatu pelanggaran hukum pidana.
Silahkan dibaca juga: Arogansi Arteria Dahlan, Ditunggu Ketegasan Kapolri dan Megawati
Apakah hal tersebut menjadi catatan bagi Megawati, atau akan terus dibiarkan - seperti sampai saat ini masih tetap saja tidak bereaksi?
Atau jangan-jangan Megawati masih sedang berkontemplasi - sebagaimana yang pernah dikatakan Hasto Kristiyanto, mencari wangsit agar mendapatkan jalan keluarnya dalam hal yang ditimbulkan oleh salah seorang "petugas" partainya yang bernama Arteria Dahlan?
Entahlah. Hanya saja yang jelas, kalau Megawati terus-menerus berdiam diri, tanpa memberikan tindakan yang tegas kepada Arteria Dahlan, itu artinya Megawati masih melindunginya, dan dianggap merestui segala perilaku yang bersangkutan.Â
Sebaliknya, Megawati pun akan dianggap pula sebagai seorang yang menganggap rendah bahasa maupun budaya yang dimiliki suku bangsa Sunda jika demikian. Oleh suku bangsa yang merupakan salah satu suku kedua terbanyak jumlahnya setelah suku Jawa, tentunya.
Selain itu, ketua umum DPP PDI-P ini pun akan dianggap telah melupakan sejarah. Berdirinya NKRI ini, tidak dapat dilepaskan dari peran suku Sunda, maupun suku bangsa lainnya di Indonesia ini.
Sehingga tidak menutup kemungkinan jika demikian adanya, bisa dikatakan dengan timbulnya perseteruan terhadap orang Sunda, sebagai suatu pertanda kejayaan partai berlogo kepala banteng ini sudah akan segera berakhir di awal tahun 2022 ini.
Hanya saja sangat disayangkan, apabila harus berakhir lantaran perilaku konyol yang dilakukan salah seorang "petugas" partainya itu. Hal tersebut menurut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Su'ul khotimah. Diakhiri dengan kesan yang buruk, dan sama sekali tidak terpuji.