Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

ART Ini Hampir Saja Melemahkan Iman

21 November 2021   18:11 Diperbarui: 21 November 2021   18:21 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: bangka.tribunnews.com)

Tahun 1980-an.  Waktu masuk semester pertama kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Jakarta, saya numpang tinggal untuk sementara di rumah Paman. Di bilangan Tomang Raya. 

Selain rumah Paman memang cukup dekat dengan kampus, alasan lainnya karena diminta Paman untuk menemani anak-anak dan istrinya yang sering ditinggal pergi keluar kota. 

Memang selain kedua anaknya yang masih balita, dan istrinya, tentunya, di rumahnya sudah ada tiga pembantu. Sebutan untuk asisten rumah tangga kala itu. Tapi ketiganya adalah perempuan. Sehingga pria dewasa hanya saya dan Paman, yang juga berperan sebagai kepala rumah tangga. 

Tapi berhubung sebagaimana tadi disebutkan, Paman sering bertugas lama keluar kota, maka praktis saya sendiri yang harus bertanggung jawab atas keamanan rumah dengan segala isinya. Begitu juga bila kebetulan anak-anak dan Tante pergi jalan-jalan di hari libur, atau pergi belanja, saya selalu diminta untuk mengawalnya. 

Sementara untuk tempat tidur, saya mendapat kamar tidur sendiri di dekat garasi. Bersebelahan dengan kamar tidur pembantu. Ya, tiga pembantu - Eh, ART - itu tidur bersama di dalam satu kamar. Tapi mendapat tempat tidur masing-masing. Karena kamarnya lumayan luas. Lima kali lima meteran. 

Ketiga orang ART itu diambil dari sebuah agen penyalur pembantu. Salah satunya berasal dari daerah di Jawa Tengah. Berstatus janda muda. Umurnya 23. Tugasnya masak di dapur dan belanja ke pasar. 

Sedangkan dua orang lagi urang Sunda. Tapi masing-masing berbeda asal daerahnya. Yang satu dari daerah Garut, bertugas mengasuh anak-anak, karena pertimbangan usianya paling muda di antara  mereka bertiga. Baru berumur 15 tahun. Masih perawan tingting. 

Sementara satunya lagi berasal dari Subang.  Adapun tugasnya mencuci pakaian, dan perabotan yang kotor, serta menyapu halaman. Statusnya bersuami. Tapi sudah lama ditinggal pergi oleh suaminya yang menjadi tenaga kerja di Arab Saudi. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dua anaknya yang sekarang tinggal di kampung bersama orangtuanya, terpaksa harus bekerja sebagai ART. 

Mungkin karena tinggal satu rumah, dan saya selalu bersikap ramah kepada mereka bertiga, sikap mereka pun begitu baik kepada saya. Terutama dengan sikap Si Mbak yang berasal dari daerah Jawa Tengah.  Saya merasakan kebaikannya begitu berlebihan. 

Misalnya saja setiap ada pakaian saya yang sudah kotor, selalu dicucinya. Atau ketika sebelum berangkat ke kampus, di meja belajar saya sudah terhidang segelas kopi panas yang dibuat olehnya. Bahkan kalau saya telat makan, Si Mbak yang selalu mengingatkan dengan nada suaranya yang khas itu. 

Ketika itu saya berpikir, mungkin Si Mbak sudah menganggap saya sebagai adiknya sendiri. Karena saya sendiri menganggap dia bukan sebagai pembantu. Melainkan sudah saya anggap sebagai seorang kakak. 

Mungkin karena kedekatan seperti itu pula, hubungan antara kami berdua sepertinya sudah tidak ada sekat pemisah lagi. Terkadang kalau kebetulan hari libur, dan sedang tidak ada kegiatan, sementara Si Mbak juga sudah selesai dengan pekerjaan dapurnya, saya sering bercengkrama berduaan. Ngobrol apa saja. Kebetulan, sebagaimana akunya, Si Mbak pernah mengenyam pendidikan sampai bangku SMEA. 

Sehingga meskipun cuma seorang pembantu, Si Mbak bisa menjadi teman bicara yang menyenangkan. Tidak kalah dari teman wanita di kampus. Selain itu, dia pun memiliki penampilan yang cukup menarik memang. Wajahnya ayu khas gadis Solo, dengan kulit tubuh yang kuning langsat, dan ukuran tubuh yang proporsional. Karena pandai merawatnya. 

Tapi yang tak kalah pentingnya adalah sikapnya yang dewasa. Sehingga saya sendiri seringkali tidak sungkan lagi untuk curhat kepadanya. Terutama tentang teman-teman wanita di kampus yang bersikap aneh-aneh kepada saya. 

Dan, karena kedewasaannya itu juga pada akhirnya hampir saja iman saya menjadi lemah dibuatnya. Betapa tidak. Suatu hari. Minggu pagi. Usai berolahraga ringan, dan saat melepas pakaian yang basah berkeringat di dalam kamar. Tiba-tiba Si Mbak sudah memeluk tubuh saya dari belakang. 

Sesaat saya merasa ada kehangatan yang tiba-tiba menjalar di setiap jaringan otot yang baru saja dilemaskan seusai berolahraga tadi. Apa lagi dengan sesuatu yang terasa empuk mengganjal di area belikat, libido saya pun langsung tegang. 

Sambil bedesah, dan menghiba,  Si Mbak mengajak saya untuk melakukan sesuatu, yang seharusnya dilakukan oleh suami dan istri. 

"Dek, ayo tolonglah. Bantu Mbak. Sudah begitu lama tidak mendapatkan kehangatan. Tolong sekali ini saja..." katanya dengan nada merengek manja. 

Sementara saya yang saat itu bertelanjang dada, dan hanya bercelana pendek saja, untuk sesaat merasa  tak kuasa lagi untuk menolak ajakan Si Mbak yang sudah menjanda dua tahun lamanya. 

Tapi baru saja saya mau membalikkan badan, dari luar terdengar panggilan anak-anak yang disuruh mamanya, Tante saya, untuk segera bersiap menemani mereka jalan-jalan. 

Si Mbak pun langsung melepaskan pelukannya, dan segera menjauh dari saya lantaran terdengar anak-anak memutar handel pintu. Saya pun langsung menghampiri pintu. Membantu membukanya untuk mereka. Sementara Si Mbak tampak tersipu. 

"Untung saja..." kata saya dalam hati. Seraya menarik nafas lega. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun