Mohon tunggu...
Arshy Yusuf
Arshy Yusuf Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Enlightenment

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Logika yang Dibanggakan

5 November 2020   23:23 Diperbarui: 5 November 2020   23:29 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Manusia adalah makhluk yang paling sempurna," "katanya", bagaimana tidak, manusia adalah makhluk yang dikaruniai akal untuk berpikir. Manusia seharusnya mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Contoh kecilnya seperti disaat kita memilih untuk membuang sampah pada tempatnya, daripada membuangnya secara sembarangan. Tapi banyak juga manusia yang membuang sampah sembarangan, entah apa yang dipikirkannya.

Manusia memiliki logika, yaitu suatu asas-asas yang menunjang dalam berpikir secara tertib. Alat ini sering kita gunakan untuk menjalani hidup sehari-hari, contohnya disaat kita memilih untuk melewati jalan tercepat karena sedang terlambat, daripada memilih jalan yang biasanya. Akan tetapi, terkadang kita lupa atau entah bagaiamana, bahwa kita memiliki alat secanggih ini untuk digunakan dalam kehidupan. Bagi orang yang menggunakannya dengan benar maka akan mampu menyelesaikan suatu masalah yang rumit, seperti seorang Sherolock Holmes yang memecahkan teka-teki untuk mengungkap kejahatan.

Logika merupakan salah satu disiplin filsafat yang mendukung proses ilmu pengetahuan. Paham rasionalisme yang memandang bahwa peran akal adalah salah satu cara memperoleh pengetahuan, merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam pencarian kebenaran secara ilmiah. Manusia yang hakikatnya memiliki akal, adalah hal yang seharusnya kita banggakan. Karena dengan alat ini kita bisa membangun peradaban, memajukan suatu negara, mengembangkan teknologi-teknologi yang canggih, transportasi, alat komunikasi, dan penemuan -- penemuan lain yang dihasilkan dari akal kita.

Akan tetapi, apakah semua hasil pikirkan manusia sesuai dengan logika yang benar? Menurut Jonathan Cohen, jika kita ingin melihat manusia sebagai manusia yang rasional, pasti kita akan melihat hasil yang mengecewakan. Tanpa disadari kita sering melanggar prinsip-prinsip dalam pembuatan keputusan secara rasional. 

Sehingga suatu keputusan yang kita ambil kita anggap sebagai hal yang masuk akal akan tetapi kenyataanya malah tidak masuk akal. Contohnya, apakah angka 10 adalah angka yang berbeda dengan angka 9,9999...? Atau hanya dua namanya saja yang berbeda tetapi angka yang sama? 

Banyak orang yang menjawab bahwa itu adalah angka yang berbeda sekaligus nama angkanya berbeda. Logika kita mengatakan bahwa angka tersebut memang berbeda karena selisih hanya sedikit saja. Tapi kalau kita kaji lebih rinci lagi dengan pendekatan matematika, akan menempuh jalan yang berbeda.

Jika x = 9,9999..., maka pastinya kalau 10x sama saja dengan 99,999...

Kalau 10x = 99,999...

Lalu jika 10x -- x berarti sama saja dengan 99,999... -- 9,9999...

Setelah dikurangi maka hasilnya menjadi 9x = 90, dan kalau kita cari berapa nilai x nya maka x = 10, karena 90 dibagi 9 adalah 10.

Ketika kita menemui teman sekolah yang memiliki nilai yang bagus di semua mata pelajaran, apakah berarti dia bisa dibilang orang yang cerdas ? ya, tidak, ataukah tidak bisa ditentukan ? secara logika yang sering kita gunakan ini, kita akan mengatakan bahwa ya orang itu cerdas, buktinya konkrit bahwa dia mendapati nilai yang bagus. Akan tetapi, kalau kita kaji lebih dalam lagi dan kita coba untuk membuka pikiran kita maka hal semacam itu tidaklah bisa ditentukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun