Tentu, tantangan di seminari tidaklah mudah. Kadang rindu masa lalu dan bahkan godaan amarah dan ego lama kembali muncul. Namun aku ingat nasihat dan semangat yang kudapat dari sosok inspirasi hidup rohaniku, yakni Ignatius dari Loyola, bahwa panggilan bukan tentang kesempurnaan instan, tapi tentang usaha terus-menerus untuk bertumbuh dalam kasih dan pengabdian.
Aku mengikuti setiap pelajaran dan formasi dengan sepenuh hati, terus menggali makna panggilan imam dalam doa dan pelayanan. Di seminari aku belajar bahwa menjadi imam bukan hanya soal tugas di altar, tetapi juga menjadi pribadi yang siap memberikan teladan kasih, pengampunan, dan pengabdian kepada sesama, khususnya mereka yang terluka dan membutuhkan. Keputusan masuk seminari adalah babak baru dalam hidupku, sebuah jawaban atas panggilan Tuhan yang sudah menangkap dan mengubah hatiku sejak masa SMA. Kini aku melangkah dengan tekad dan harapan, siap untuk terus belajar dan menjadi alat kasih Tuhan di dunia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI