Mohon tunggu...
arry wastuti
arry wastuti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger

Lahir di Jakarta, besar di Bandung, tinggal di Jogja. Suka bercerita juga di www.iniarry.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Nonton "Keluarga Cemara" Tanpa Usapan Tisu di Ujung Mata

10 Januari 2019   14:12 Diperbarui: 14 Januari 2019   21:08 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Siap-siap banjir air mata." 

"Jangan lupa bawa tisu yang banyak." 

"Bawa handuk aja sekalian." 

Begitu pesan teman-teman yang sudah menonton Keluarga Cemara sehari sebelumnya. Dan saya pun menurutinya, sebelum berangkat ke bioskop tak lupa memasukkan tisu ke dalam tas. Saran terakhir tentu saya abaikan, repot amat bawa handuk segala. Saya kan mau nonton, bukan mau numpang mandi di bioskop. Hihi. Tapi nyatanya sampai film berakhir, segepok tisu yang saya siapkan dari rumah, tidak tersentuh sama sekali. Sepertinya saya tersihir oleh tokoh Abah yang tegar, jadinya sepanjang menonton film pun saya ikut-ikutan tegar. Hehe.

Abah adalah tokoh favorit saya di serial Keluarga Cemara yang ditayangkan di televisi di era 90an. Di serial tersebut Abah digambarkan sebagai orang yang selalu optimis, penuh ajaran kebaikan, dan selalu positif memandang segala sesuatu. Adi Kurdi, pemeran tokoh Abah di serial televisi kala itu, memainkan perannya dengan sangat baik. Di versi layar lebar Keluarga Cemara, tokoh Abah diperankan oleh Ringgo Agus Rahman, yang kalau menurut saya sih mukanya sudah default kocak, dengan mimik wajah yang melas. Tapi sungguh, bukan karena muka kocak Ringgo yang membuat saya tidak sampai meneteskan air mata saat menonton film ini. Bukan juga karena film ini tidak bagus jadi saya tidak menikmatinya. Jika disuruh memberi nilai, maka saya akan memberikan poin 4.5/5 untuk film ini. Cukup tinggi kan, hampir mendekati sempurna. Eh kenapa tidak 5/5 nilainya? Karena kesempurnaan hanya milik Tuhan semata? Halah. Bukan, bukan begitu. Sabar, nanti  saya ceritakan poin minusnya ya. Saya mau cerita dulu, kenapa saya kasih nilai 4.5. Sisanya yang 0.5 kita bahas belakangan saja.

Film yang disutradarai oleh Yandy Laurens ini dibuka dengan kepiluan yang dialami keluarga Abah dan Emak yang semula hidup berkecukupan di Jakarta lalu tiba-tiba jatuh miskin dan terpaksa tinggal di desa. Berbagai penyesuaian tentu harus dilakukan dengan status dan kondisi keuangan seperti itu. Berbagai upaya dilakukan Abah sebagai kepala keluarga untuk menjaga dapur tetap ngebul. Emak, yang tadinya adalah seorang istri dan ibu yang hanya mengurus area domestik rumah tangga, akhirnya terjun membantu mencari tambahan penghasilan. Opak dan becak, dua benda ikonik dari serial televisi Keluarga Cemara ikut tampil di versi layar lebarnya ini. Namun salah satu dari dua benda tersebut kini sudah beralih fungsi, karena menyesuaikan dengan setting film yang berada di masa sekarang, bukan setting tahun 90an. 

Hantaman cobaan yang dialami keluarga Abah dan Emak dan gambaran kesusahan yang mereka hadapi pasca jatuh miskin kiranya mampu mengaduk-aduk emosi penonton dan menimbulkan genangan hangat di sudut mata. Namun, ijinkan saya menyampaikan sudut pandang lain saat menonton film Keluarga Cemara ini. Look at the bright side, coba kita lihat sisi positifnya dari segala kesusahan yang dialami Abah sekeluarga. Ketika perusahaan Abah bangkrut dan ia terpaksa memboyong keluarganya pulang ke kampung, saya melihat bahwa Abah justru jadi punya lebih banyak waktu untuk Emak, Euis, dan Ara. Sesuatu yang tadinya sulit Abah berikan saat mereka masih tinggal di Jakarta. Emak, yang mungkin awalnya karena kepepet belaka, akhirnya malah bisa menggali jiwa kewirausahaan di dalam dirinya lewat produk opak. Euis, anak remaja yang baru tumbuh, bisa menemukan arti persahabatan dan kesetiakawanan lewat perjumpaan dengan teman-teman barunya di desa. Kalau Ara, ah.....gadis kecil ini sepanjang film digambarkan selalu ceria. Celetukan-celetukan polos Ara kiranya mampu menerbitkan senyum dan memberikan suntikan semangat untuk keluarganya di tengah cobaan yang mendera.

Akting para pemain di film ini menurut saya patut diacungi dua jempol. Ringgo sebagai Abah, tak perlu dibahas lagi ya, aktingnya begitu ciamik. Sedangkan Nirina Zubir sebagai Emak, ini yang awalnya saya ragukan. Bukan apa-apa, karakter Novia Kolopaking yang lemah lembut memerankan tokoh Emak di versi serial televisi, image-nya sudah menancap kuat di benak saya. Tapi nyatanya, Nirina mampu mengimbangi akting Ringgo dan terasa pas memerankan tokoh Emak. Zara JKT48 dan Widuri Putri Sasono yang berperan sebagai Euis dan Ara, meskipun keduanya adalah pendatang baru di dunia perfilman, namun mampu menampilkan kualitas akting yang bagus.

Tak cuma tokoh utama, dua orang pemeran pembantu yang porsi aktingnya cukup banyak di sepanjang film mampu tampil apik memerankan tokoh yang diwakilinya. Penonton dibuat tersenyum sampai ngakak lebar oleh tingkah polah Romli (Abdurahman Wahid) yang ceritanya adalah salah seorang kerabat Abah di desa, dan Ceu Salamah (Asri Welas) yang terkenal sebagai tukang kredit kampung. Dialog dan celetukan dalam Bahasa Sunda yang diucapkan kedua tokoh ini menjadi amunisi lebih buat saya tertawa di sepanjang film. Untuk yang tidak mengerti Bahasa Sunda, tak perlu khawatir, karena kalimat-kalimatnya diterjemahkan dalam teks di bagian bawah layar. Namun untuk yang mengerti Bahasa Sunda, sudah tentu greget gerrrr-nya berbeda. Saya sendiri auto ngakak tiap kali Romli dan Ceu Salamah mengucapkan kalimat dalam Bahasa Sunda. Akting keduanya sungguhlah kocak dan menghibur.

(Sumber : akun Instagram @filmkeluargacemara)
(Sumber : akun Instagram @filmkeluargacemara)
Yang juga patut diacungi jempol adalah Yandy Laurens, sang sutradara. Debut perdana Yandy di layar lebar lewat Keluarga Cemara menuai banyak pujian, meski awalnya banyak yang meragukan bagaimana seorang sutradara yang belum berkeluarga bisa menghasilkan film keluarga yang bagus. Namun Yandy bukanlah sutradara biasa. Lulusan Institut Kesenian Jakarta ini kerap membuat film-film pendek bertema keluarga. Tak main-main, salah satu karyanya, film pendek berjudul Wan An, berhasil memenangkan tiga penghargaan di XXI Short Film Festival 2013. Kabar terakhir dari akun Instagram @filmkeluargacemara menyebutkan bahwa film Keluarga Cemara besutan Yandy saat ini mendapatkan 11 nominasi di Piala Maya 7. Piala Maya adalah sebuah ajang penghargaan dari dunia maya untuk para insan perfilman Indonesia yang digelar sejak tahun 2012. Pengumuman Piala Maya 7 ini akan berlangsung pada 19 Januari 2019. Kita doakan ya, semoga Fim Keluarga Cemara mampu membawa pulang banyak piala.

Demikian poin-poin plus di film Keluarga Cemara yang membuat saya memberinya nilai 4.5/5. Sedikit kekurangan yang saya amati pada film ini, sama seperti kekurangan di banyak film Indonesia lainnya, yaitu kurangnya attention to detail. Sebagai contoh, setting waktu di film ini kurang lebih adalah satu tahun, namun agak janggal saat saya memperhatikan rambut Emak yang sama sekali tidak berubah sejak awal hingga akhir film. Tidak terlihat bertambah panjang, juga tidak bertambah pendek dengan model yang berbeda, misalnya. Tanpa bermaksud membuat perbandingan yang menyudutkan, jika boleh menyebut contoh, saya selalu kagum dengan detil yang ditampilkan dalam film Cast Away yang dibintangi oleh Tom Hanks. Pengambilan gambar yang melibatkan sang tokoh utama di film itu konon sempat dihentikan hingga berbulan-bulan lamanya karena menunggu Hanks menggemukkan badannya. Kenapa? Karena di dalam skrip dicantumkan bahwa setelah bertahun-tahun lamanya Chuck Noland (karakter yang diperankan Tom Hanks) terdampar sendirian di pulau tak berpenghuni, perlahan tubuhnya bertambah gemuk dan menjadi lebih gempal dibanding waktu sebelum ia terdampar. Sampai segitunya mereka membuat detil yang menghasilkan gambaran yang natural dalam rangkaian adegan film.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun