Mohon tunggu...
Array Anarcho
Array Anarcho Mohon Tunggu... Tukang tulis

Budak korporat yang lagi berjuang hidup dari remah-remah kemegahan dunia. Sekarang ini lagi dan terus belajar menulis. “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. – Imam Al-Ghazali.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Orang Indonesia, Sudah Miskin, Main Judi Online, Nyabu Pula!

19 Juli 2025   18:24 Diperbarui: 19 Juli 2025   18:24 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemain judi online atau pecandu narkoba.(Sumber: ChatGPT)

Kalian pernah enggak mengalami momen dimana ada teman atau kenalan yang sudah lama tidak berkabar, tiba-tiba saja berkirim pesan. Bunyi pesannya kira-kira begini; "Assalamualaikum bro, apa kabar? Sehat kan?". Sepintas, memang tidak ada yang aneh dari kiriman pesan ini. Menurut hemat saya, ini adalah basa-basinya orang Indonesia setelah lama tak berkomunikasi. Basa-basi itu dianggap penting untuk memulai percakapan. Singkat cerita, setelah saling berbalas pesan dan bertanya kabar, teman dan kenalan ini pun mulai melancarkan 'misi terselubungnya'. Misi tersebut tak lain karena ingin pinjam uang.

Awalnya, kita yang punya pikiran lurus-lurus saja ini menganggap bahwa teman atau kenalan tersebut memang membutuhkan uang untuk keperluan sehari-hari. Karena ada rezeki, kita pun mengirimkan uang yang nilainya sesuai kondisi dan kemampuan. Setelah uang dikirim, pesan penutup pun dilancarkan. Isinya kira-kira begini, "Alhamdulillah, makasih ya bro. Semoga murah rezekinya," tulis pesan penutup. Sampai di sini, kita masih bisa tersenyum. Dalam hati, kita yang masih diberi rezeki sama Tuhan tetap bisa menolong teman yang kesusahan.

Tapi sebulan kemudian, pesan yang sama dari orang yang sama kembali muncul. Setelah curhat panjang lebar sampai ngomongi soal Presiden Rusia Vladimir Putin, kawan tadi pun kembali memohon bantuan dana. Kali ini alasannya untuk beli susu anak. Lagi-lagi, kita yang enggak tegaan ini pun luluh. Seperti di awal, kita kirim sesuai kemampuan. Namun, setelah dua kali bantuan mendarat, belakangan kita tahu bahwa dia kesusahan bukan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tapi untuk memenuhi nafsu gilanya bermain judi online atau judol. Bukan cuma main judol saja, ada pula yang terperangkap jerat narkoba.

Trend S Line, Lucu-lucuan atau Kedunguan Akhir Zaman?

Sudahlah kecanduan main judol, malah pakai narkoba pula. Tentu ini merupakan paket lengkap yang daya rusaknya sangat dahsyat. Sampai di sini, kita pun mulai mengumpat. Rasa sedih yang tadinya muncul mendadak sirna. Kini yang tinggal adalah rasa murka. Bisa-bisanya, duit yang tadinya kita niatkan untuk membantu teman kesusahan itu malah diputar untuk main judol dan nyabu. Alangkah geramnya kita yang punya niat baik ini. Di satu sisi, kita bela-belain ngurangi rokok untuk bantu teman yang kesusahan. Tapi di sisi lain, teman atau kenalan kurang ajar ini malah asyik main judol. Bisa dibayangkan, gimana dongkolnya perasaan. Sudahlah kita sendiri hidup pas-pasan, eh, malah dipalakin sama pemain judol dan penyabu pula. Syukur-syukur tangan tak bisa menembus layar ponsel. Jika bisa tembus, mungkin bogem sudah mendarat ke wajahnya.

Kasus-kasus seperti ini ternyata jamak terjadi di beberapa tempat. Ketika nongkrong di warung kopi misalnya, sering kita dengar cerita serupa. Bahkan yang lebih 'membagongkan' lagi, orang-orang yang terjerat judol dan narkoba ini rata-rata berpenghasilan rendah. Mereka yang terjerat judol dan narkoba bukan cuma orang dewasa saja, tapi juga kelompok muda usia produktif. Berdasarkan data intelijen tahun 2024, memang pemain judol di Indonesia angkanya tembus 8,8 juta warga. Angka ini tercatat dan disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Budi Gunawan. Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini mengatakan, bahwa mayoritas pemain judol ini adalah masyarakat bawah dan anak muda. 

Sound Horeg, Seni atau Teror Suara?

"Kalau dari data judi online dari intelijen ekonomi itu di tahun 2024 sebanyak 8,8 juta pemain, dimana 80 persen adalah masyarakat bawah dan menyasar ke anak anak muda," kata Budi Gunawan di Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di Jakarta Timur, Kamis (14/11/2024) silam. Sementara itu, Kepala PPATK Ivan Yustiavandana menyampaikan bahwa perputaran dana dari transaksi judi online diperkirakan meningkat drastis menjadi Rp 1.200 triliun. Angka tersebut menunjukkan lonjakan signifikan dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 981 triliun.

Melihat fakta dan fenomena yang terjadi, rasa-rasanya, kok banyak sekali orang kecanduan judol ini ya. Padahal jelas-jelas yang mereka lawan adalah mesin. Beberapa dari mereka sering mengatakan, bahwa aplikasi judol tertentu sering memberikan kemenangan. Tapi setelah saya runut-runut, ternyata kemenangan yang diberikan penyelenggara judol tak sebanding dengan uang yang telah dihabiskan selama ini. Misalnya saja, dalam satu bulan pemain judol bisa menghabiskan uang Rp 10 juta. Ia diberikan kemenangan sebanyak tiga kali dengan nilai yang bervariasi. Namun, dari tiga kali kemenangan itu, uang yang didapat tak sebanding dengan angka yang telah mereka habiskan. Kalaupun katanya menang, paling hanya Rp 2 juta dalam satu bulan. Artinya, sudah ada Rp 8 juta uang yang ditelan oleh sistem.

74 Pria Kekar Pesta Gay, Benarkah Tidak Ada Sanksi Pidananya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun