Mohon tunggu...
Arolina Sidauruk
Arolina Sidauruk Mohon Tunggu... Pengacara - Waktu itu sangat berharga

Bagai menegakkan benang basah

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Hati-hati Menggunakan Media Sosial

24 November 2020   18:24 Diperbarui: 24 November 2020   18:33 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru-baru ini, saya terusik akan sebuah status yang berhasil memancing emosi, bayangkan pukul 02.00 Wib subuh  saya terbangun karena HP saya berbunyi yang memaksa saya harus mengambil HP yang saya letakkan jauh  di atas kursi dikamar. saya lalu melihat dari siapa gerangan jam segini? begini dialog kami. Ping....  dari sana. ( Apa itu Bund, tumben jam segini? )kata saya.. Pakai M-Bangking? Saya balas .kog ?..... (saya langsung curiga.) sebab teman saya yang di nomor  itu adalah seorang Pejabat di salah satu Dinas di Pemkab Anu, tidak mungkin gegabah dan tidak mungkin bertanya soal itu. si penipu malah menjawab... Kog? apa  ini ha..ha.ha. gimana maksudnya ? 

Langsung saya blokir dan screenshootnya  kirim ke teman saya, yang ternyata dia sedang memantau, dan respon nya " iya bunda,,IG saya sedang dikerjain, jangan dilayani bunda." jawabnya.  Itu karena kita jeli dan pakai nalar,,bagaimana seandainya saya  "Baperan" langsung tanggapi, lalu transfer, subuh-subuh, sok baik dan polos, berhasillah si penipu. menjalankan aksinya. saya lalu berfikir,   kita tidak mengetahui kapan kita lengah, kapan kita tidak berdaya. padahal instragram lebih privaci dari facebook, tapi kenapa juga bisa dikerjai, apakah orang-orang belum semua mengetahui hukuman apa yang diterima atas kejahatan tersebut?ataukah peraturan dibuat untuk dilanggar? 

Di Instagram  yang terjadi akhir-akhir ini, kita lihat  perseteruan seorang artis dengan para ulama, yang masing-masing saling menghujat, saling menyerang, tidak tahu siapa yang benar,siapa yang tidak benar, bahasa/kalimat dan kata-kata yang tidak pantas pun harus kita nikmati.  situasi yang semakin memanas, yang pro dan kontra, laki-laki  dan wanita, tua muda saling menyerang, lagi-lagi si Kuota dan internet  lah yang unggul. kita para pelaku media sosial dibuat kacau.. kita merasa bangga bisa membalas hujatan dengan menggunakan aplikasi ini, yang padahal kalau bertatap muka belum tentu berani. 

Tweeter

Akan halnya aplikasi ini, saya sempat merasa lega menggunakannya, karena arahnya lebih ke orang- orang yang berpolitik, iklan juga tidak terlalu mendominasi halaman. jujur saya katakan bahwa disini saya ingin berselancar dengan menulis aman, dan mengikuti panggung politik walaupun hanya membaca, sesekali memberikan komentar, tapi ternyata......sama saza.podo wae......malah lebih tajam,setajam silet kata kak Ross....

Tktok

Dimasa Pandemic covid 19 ini, dimana semuanya serba dibatasi, tak terkecuali anak-anak yang daring di rumah. awal mula saya dilibatkan putri saya ketika membuat tiktok dengan panduan musik yang dapat dipilih sesuai thema pelajaran ,  semula saya merasa pembelajaran tiktok tersebut terlalu berlebihan, waktu itu putri saya mengikuti Mapel "Penjas" yang pada  akhirnya saya merasa lucu sendiri melihat hasilnya. kemudian di share ke gurunya.  kreatif memang,,,tapi adakah jaminan  kalau  tiktok  tidak bakal dikerjai hackers? . tidak dapat dipungkiri  masih banyak bersileweran gambar-gambar aneh yang tidak pantas untuk diaplikasikan. tugas kita lagi.

Youtube

Aplikasi ini lebih mendunia,,,tak banyak yang mau dibahas disini, karena aplikasi ini sangat digandrungi tua dan muda, vlog-vlog keluarga mulai dari orang kampung, kota  dan komunitas apa saja yang  menggunakannya, walaupun  pengguna aplikasi ini tidak semua bisa, tidak semua mampu berbicara, berakting dan berorasi untuk kemudian rutin ditayangkan sebagai konsumsi publik. kebanyakan kita sebagai penonton dan penikmat akan karya-karya para youtuber, kita ambil positifnya saja. sebab lagi-lagi si KUOTA / Internet sudah menguasainya.

Kita  menyadari, bahwa para pembaca adalah orang - orang yang bijak dan pintar dalam menyikapi persoalan yang terjadi. tapi tidak ada salahnya kita saling mengingatkan, agar pembodohan dan kebodohan menjauh dari kehidupan kita. sedapat mungkin kita harus mampu mengendalikan emosi dan keinginan yang berlebihan. Pada akhirnya cerita ini berakhir dengan satu kata " hati-hati menggunakan media sosial" 

dokpri/screenshoot
dokpri/screenshoot
                                                                                         

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun