Mohon tunggu...
Arolina Sidauruk
Arolina Sidauruk Mohon Tunggu... Pengacara - Waktu itu sangat berharga

Bagai menegakkan benang basah

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Hati-hati Menggunakan Media Sosial

24 November 2020   18:24 Diperbarui: 24 November 2020   18:33 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini, banyak aplikasi yang sedang disukai netizen. Kalau tidak pintar - pintar menggunakan,kita bisa terperangkap didalamnya.  contohnya  WA, Tweeter,Instagram,Facebook,tiktok ,Youtube dan lain yang tidak terhitung jumlahnya. belum lagi media online khusus Berita. tidak  sebut nama, kita sudah paham, mana media yang akurat, mana yang ecek-ecek yang hanya mengeruk keuntungan semata. 

Begitu banyaknya konten  di youtube,  akun yang jelas-jelas memprovokasi para netizen,   dikolom komentar,  hujatan dan makian seolah-olah menjunjung  pembenaran. begitu bebasnya mengutarakan pendapat tanpa data  yang jelas, tanpa rasa hormat, tata krama dan main hantam saja. tidak takut hukum, tidak takut dosa dan tidak perduli dibully. akun-akun yang tidak jelas, yang tidak ada inisial, yang terkadang komen yang benar akan kalah dengan komen yang bisa memprovokasi. saya punya pandangan begini terhadap beberapa aplikasi tersebut.

Watssapp

Aplikasi ini sangat disukai berbagai kalangan. yang disaat pandemic sangat besar manfaatnya bagi penggunanya. Hampir semua orang membuat Group di Watsapp, Pekerjaan jadi mudah, Apalagi digunakan di perkantoran, pun saat ini adalah salah satu aplikasi andalan para guru dan dosen untuk membantu sistem belajar daring. 

Keunikan aplikasi ini bisa Japri. Kita semua sudah mengertilah apa itu Japri.  saya mengartikannya  dari singkatan Jalur Pribadi, sering digunakan pada saat pembicaraan di dalam suatu Group WA misalnya,  ketika dua diantara anggota group ingin pembicaraan lebih serius dan rahasia..Istilah emak-emak "ngerumpi berdua"  tidak  diketahui orang yang ada di Group. (egois kan?) atau kalau ada teman atau saudara yang sedang  berjualan, yang menanyakan harga, kita membalasnya dengan kata "japri " ya. atau inbox kalau di facebook, DM kalau di Instagram/tweeter.

Facebook

Awal mula saya mengenal facebook kalau tidak salah di tahun 2010, itupun dibuatkan teman. saat itu saya adalah orang yang kesepuluh dikantor yang bisa bermain facebook an, bukan karena mereka  tidak tahu, tapi mereka tidak perduli dan tidak suka, padahal Facebook tahun 2004 sudah muncul, itu sebabnya  disaat orang sudah merambah ke aplikasi yang lain, teman-teman yang tidak peduli tadi  masih berkutat di sekitaran facebook, memang aplikasi ini sangat banyak peminatnya, tidak memandang umur dan status, pokoknya ada HP android,pulsa dan kuota. 

jadilah itu...  seiring dengan berjalannya waktu , maka para penjahat dan penipu juga ambil bagian untuk memainkan aksinya, si penipu sangat terlatih untuk mengenali orang-orang yang akan diterkamnya. tujuannya untuk cari untung, untung di uang, untung memanaskan situasi. mereka dapat menyaring orang-orang yang baru belajar dan orang-orang yang selalu eksis tidak karu-karuan. 

Ada yang sangat lucu dalam penggunaan aplikasi facebook ini, buanyak sekali teman-teman yang dengan bangganya membuat "live" dilaman statusnya. yang seharusnya tak begitu penting buat orang banyak, hanya acara keluarga, hanya acara seru-seruan mirip dengan ulah para artis yang suka membuat sensasi. aduh...sayang sekali kuota nya. 

( kenapa tidak dibuat untuk hal-hal yang bermanfaat ya ) Anehnya kebanyakan yang hobby live tersebut adalah orang-orang yang serba tanggung, tanggung pintarnya, tanggung ekonominya, tanggung statusnya. ( memang tidak ada yang sempurna ya )

Instagram

Baru-baru ini, saya terusik akan sebuah status yang berhasil memancing emosi, bayangkan pukul 02.00 Wib subuh  saya terbangun karena HP saya berbunyi yang memaksa saya harus mengambil HP yang saya letakkan jauh  di atas kursi dikamar. saya lalu melihat dari siapa gerangan jam segini? begini dialog kami. Ping....  dari sana. ( Apa itu Bund, tumben jam segini? )kata saya.. Pakai M-Bangking? Saya balas .kog ?..... (saya langsung curiga.) sebab teman saya yang di nomor  itu adalah seorang Pejabat di salah satu Dinas di Pemkab Anu, tidak mungkin gegabah dan tidak mungkin bertanya soal itu. si penipu malah menjawab... Kog? apa  ini ha..ha.ha. gimana maksudnya ? 

Langsung saya blokir dan screenshootnya  kirim ke teman saya, yang ternyata dia sedang memantau, dan respon nya " iya bunda,,IG saya sedang dikerjain, jangan dilayani bunda." jawabnya.  Itu karena kita jeli dan pakai nalar,,bagaimana seandainya saya  "Baperan" langsung tanggapi, lalu transfer, subuh-subuh, sok baik dan polos, berhasillah si penipu. menjalankan aksinya. saya lalu berfikir,   kita tidak mengetahui kapan kita lengah, kapan kita tidak berdaya. padahal instragram lebih privaci dari facebook, tapi kenapa juga bisa dikerjai, apakah orang-orang belum semua mengetahui hukuman apa yang diterima atas kejahatan tersebut?ataukah peraturan dibuat untuk dilanggar? 

Di Instagram  yang terjadi akhir-akhir ini, kita lihat  perseteruan seorang artis dengan para ulama, yang masing-masing saling menghujat, saling menyerang, tidak tahu siapa yang benar,siapa yang tidak benar, bahasa/kalimat dan kata-kata yang tidak pantas pun harus kita nikmati.  situasi yang semakin memanas, yang pro dan kontra, laki-laki  dan wanita, tua muda saling menyerang, lagi-lagi si Kuota dan internet  lah yang unggul. kita para pelaku media sosial dibuat kacau.. kita merasa bangga bisa membalas hujatan dengan menggunakan aplikasi ini, yang padahal kalau bertatap muka belum tentu berani. 

Tweeter

Akan halnya aplikasi ini, saya sempat merasa lega menggunakannya, karena arahnya lebih ke orang- orang yang berpolitik, iklan juga tidak terlalu mendominasi halaman. jujur saya katakan bahwa disini saya ingin berselancar dengan menulis aman, dan mengikuti panggung politik walaupun hanya membaca, sesekali memberikan komentar, tapi ternyata......sama saza.podo wae......malah lebih tajam,setajam silet kata kak Ross....

Tktok

Dimasa Pandemic covid 19 ini, dimana semuanya serba dibatasi, tak terkecuali anak-anak yang daring di rumah. awal mula saya dilibatkan putri saya ketika membuat tiktok dengan panduan musik yang dapat dipilih sesuai thema pelajaran ,  semula saya merasa pembelajaran tiktok tersebut terlalu berlebihan, waktu itu putri saya mengikuti Mapel "Penjas" yang pada  akhirnya saya merasa lucu sendiri melihat hasilnya. kemudian di share ke gurunya.  kreatif memang,,,tapi adakah jaminan  kalau  tiktok  tidak bakal dikerjai hackers? . tidak dapat dipungkiri  masih banyak bersileweran gambar-gambar aneh yang tidak pantas untuk diaplikasikan. tugas kita lagi.

Youtube

Aplikasi ini lebih mendunia,,,tak banyak yang mau dibahas disini, karena aplikasi ini sangat digandrungi tua dan muda, vlog-vlog keluarga mulai dari orang kampung, kota  dan komunitas apa saja yang  menggunakannya, walaupun  pengguna aplikasi ini tidak semua bisa, tidak semua mampu berbicara, berakting dan berorasi untuk kemudian rutin ditayangkan sebagai konsumsi publik. kebanyakan kita sebagai penonton dan penikmat akan karya-karya para youtuber, kita ambil positifnya saja. sebab lagi-lagi si KUOTA / Internet sudah menguasainya.

Kita  menyadari, bahwa para pembaca adalah orang - orang yang bijak dan pintar dalam menyikapi persoalan yang terjadi. tapi tidak ada salahnya kita saling mengingatkan, agar pembodohan dan kebodohan menjauh dari kehidupan kita. sedapat mungkin kita harus mampu mengendalikan emosi dan keinginan yang berlebihan. Pada akhirnya cerita ini berakhir dengan satu kata " hati-hati menggunakan media sosial" 

                                                                                         

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun