Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Jenius, Ini 3 Cara Timnas Indonesia Melumat Malaysia dengan Skor 4-1

19 Desember 2021   22:47 Diperbarui: 20 Desember 2021   12:30 2292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Indonesia Irfan Jaya melakukan selebrasi di laga Indonesia vs Malaysia (Foto : ROSLAN RAHMAN via Kompas.com)

Saya kira ada satu kata yang paling tepat menggambarkan kemenangan telak Tim Nasional (Timnas) Indonesia dengan skor 4-1 atas Malaysia di pertandingan teraskhir fase grup Piala AFF 2020, yakni jenius.

Kejeniusan taktik Shin Tae-yong tergambar jelas dan melahirkan sepasang gol Irfan Jaya di babak pertama, dan juga dua gol di babak kedua masing-masing dari  Arhan Pratama dan Ekan Baggott yang membunuh Harimau Malaya. Malaysia nampak lemas dan tak berdaya hampir sepanjang laga. 

Kemenangan besar yang mengantar Indonesia melaju ke babak "separuh akhir"---merujuk pada bahasa Malaysia, menjadi pemuncak grup di atas Vietnam dan akan berhadapan dengan runner up Grup A, Singapura dalam duel dua leg nanti, 22 dan 25 Desember 2021.

Bagaimana cara Pasukan Merah Putih mempecundangi Malaysia? Saya kira ada 3 (tiga) hal yang dapat dipaparkan untuk melihat bagaimana cara skuad Garuda menghancurkan Malaysia.

Pertama, 4-2-3-1 yang mengejutkan di babak pertama. Dalam tulisan saya berjudul Tiga Taktik Shin Tae-Yong Lawan Malaysia, Mana yang Paling Jitu?, saya sempat menyebut bahwa pilihan paling normal bagi coach Shin Tae-yong adalah 4-2-3-1 yang dapat bertransformasi menjadi 4-3-2-1 saat bertahan.

Benar memang di saat laga melawan Malaysia ini, Shin Tae-yong menggeber formasi ini, tetapi dengan cara berbeda bahkan dapat saya katakan mengejutkan.

Apa pasalnya? Kerut di dahi saya sempat cukup dalam kala bertanya, bagaimana bisa Ramai Rumakiek, Witan Sulaeman dan Irfan Jaya Kumi dipasang bersamaan untuk mendukung Ezra Walian di depan?

Maksud saya begini. Memilih Rumakiek, Witan dan Irfan bermain artinya Shin Tae-yong ingin bermain agresif dan menurut saya mengajak Malaysia bermain sangat terbuka, karena ruang kosong di lini tengah yang menyisakan Rachmad Irianto sebagai gelandang bertahan murni.

Saya sempat kuatir, karena prediksi saya adalah Shin Tae-yong akan lebih aman jika memainkan Rachmad Irianto, Evan Dimas dan Ricky Kambuaya, dan mendorong Ricky berada di belakang Ezra serta diapit Irfan dan Witan seperti biasanya.

Nah, inilah yang membuat saya sempat kuatir bahkan menilai bahwa Shin Tae-yong telah keliru besar setelah Indonesia ketinggalan 0-1 dari Malaysia.

Saya ternyata salah, dan harus mengakui bahwa Shin Tae-yong memang pelatih jenius. Perhatikan. Di formasi ini, Rumakiek dan Irfan Jaya sangat rajin turun membantu pertahanan Ketika transisi defensif dilakukan.

Lalu bagaimana dengan Witan? Ini istimewanya, Witan bergerak bebas dan sukar diprediksi pemain belakang Malaysia. Witan nampaknya diinstruksikan Tae-yong untuk dapat bergerak secara pivotal Ketika menyerang dengan bergantian posisi dengan Rumakiek dan Irfan tanpa lelah.

Hasilnya mujarab. Gol pertama Irfan Jaya lahir dari 100 persen pergerakan Witan yang mengejutkan. Witan muncul dari posisi Irfan, dan sebaliknya Irfan muncul dari lini tengah yang semestinya Witan ada disitu.

Shin Tae-yong memang memilih pemain yang dapat bergerak cepat, dan melakukan swap posisi dengan cepat ketika menyerang. Malaysia bisa dikatakan menjadi berantakan ketika kebingungan menghadapi strategi Shin Tae-yong ini.

Kedua, 3-5-2 yang sempurna di babak kedua. Saya berulangkali menyebut bahwa fleksibilitas Shin Te-yong dalam ketepatan mengganti formasi saat dibutuhkan adalah sebuah keistimewaan sendiri. Lagi-lagi dalam laga ini terbukti.

Setelah unggul 2-1 di babak pertama, Shin Tae-yong menarik keluar Ramai Rumakiek dan menggantinya dengan Elkan Baggot. Otomatis 4-2-3-1 berubah menjadi 3-5-2. 

Taktik ini yang dapat berubah menjadi 5-3-2 saat bertahan ini membuat pola permainan Malaysia menjadi tersumbat.

Bukan saja karena lini belakang Indonesia semakin kokoh saja, tetapi aliran bola Malaysia juga menjadi sangat sulit karena pressing ketat di sektor sayap, inti dari kekuatan Malaysia.

Semakin menjadi buruk dan seperti killing the game, sesudah Arhan mencetak gol dengan spektakuler dan membuat skor menjadi 3-1.

 Setelah itu permainan menjadi lebih mudah bagi timnas dan Baggott menyempurnakan laga yang indah itu dengan gol sundulannya.

Ada satu hal menarik dari bagaimana Evan Dimas dimasukkan sesudah 3-5-2 dimainkan Shin Tae-yong. Tujuannya sama, Evan dapat menahan bola lebih lama, dan memainkan tempo.

Akan tetapi jika kita jeli melihat, memasukkan Evan selalu memiliki plus minus. Minusnya adalah Evan memiliki kemampuan bertahan yang tidak terlalu baik.

Namun, perhatikan. Setelah Evan masuk menggantikan Rachmad Irianto, maka Dewangga diinstruksikan untuk sedikit lebih maju alias bertugas menjadi gelandang bertahan. Tujuannya, mengisi ruang kosong yang ditinggalkan Evan jika kehilangan bola atau membantu serangan. Cerdik sekali.

Ketiga, mobilitas, konsentrasi dan pressing tinggi sepanjang laga. Memilih skuad timnas yang rata-rata berusia muda dan melatih mereka dengan keras, nampaknya mulai membuahkan hasil seperti yagn Shin Tae-yong inginkan. Mobilitas pemain nampak luar biasa sepanjang laga.

Lihat saja bagaimana Pramono Arhan dan Asnawi bergerak tanpa lelah menyusuri sayap. Atau Irfan Jaya, Ramai Rumakiek dan Witan Sulaeman yang selalu mengundang decak kagum komentator asing di salah satu siaran televisi berbayar.

Para pemain ini bergerak terus, berpindah dan berganti tempat tanpa henti sepanjang laga, baik dalam bertahan maupun menyerang. 

Inilah yang membuat frontline pressing terlihat berjalan mulus dari pergerakan para pemain yang rajin mengejar dan merebut bola.

Selain itu konsentrasi para pemain juga terlihat dengan luar biasa. Ketinggalan lebih dulu tidak membuat pemain kita nampak panik, bahkan setelah unggul pun, para pemain tidak kehilangan konsentrasi dan tetap fokus dalam menyerang ataupun bertahan. Sebuah hal yang patut diancungi jempol bagi skuad Garuda besutan Shin Tae-yong ini.

Apakah ketiga hal ini membuat Pasukan Merah Putih nampak sempurna dan mampu menjuarai Piala AFF 2020? Saya kira, tidak boleh jumawa. Tak ada gading yang tak retak.

Bermain dengan determinasi tinggi dengan pressing ketat seperti ini selalu beresiko. Bukan itu saja dibutuhkan stamina yang selalu prima. Jika tidak, maka sebaliknya timnas akan menjadi bulan-bulanan lawan di laga berbeda.

Maka tak heran seusai laga, Shin Tae-yong menyebut bahwa recovery para pemain paling penting saat ini. 

Singapura sudah menunggu dalam skema dua pertandingan yakni tanggal 22 Desember dan 25 Desember 2021. Jika recovery pemain berjalan baik maka akan lebih muda menjalani laga yang diprediksi tak kalah berat tersebut.

Soal skema atau taktik, saya malah masih menunggu apa yang akan dimainkan di Shin Tae-yong di laga melawan Singapura nanti. Saya lagi dan lagi menduga, akan ada kejutan dari pelatih Korsel ini, meski mengira formasi tidak akan jauh dari 4-2-3-1 atau 3-5-2.

Itu nanti. Saya kira yang paling penting sekarang, mari sedikit bergembira, tak mengapa, asal jangan lupa diri saja. Timnas kita telah lolos ke semifinal bahkan menjadi pemuncak grup di atas Vietnam, tim yang disebut paling kuat di Asia Tenggara itu. Selamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun