Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrat Ajak Perang Terbuka, Waspadai Gesekan Antarfaksi

4 Februari 2021   15:12 Diperbarui: 4 Februari 2021   15:49 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marzuki Alie dan AHY I Gambar : TRIBUNNEWS Herudin / Ilham Rian Pratama

Saling bantah, saling sanggah, saling unjuk, baik kata maupun bukti sudah dimulai. Tanda bahwa setelah usai genderang perang dibunyikan, Demokrat terus merangsek, Moeldoko dan orang lain yang dituding sesekali balas serang.

Ini seperti diketahui bermula dari konfrensi pers yang tiba-tiba dilakukan oleh Ketum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). AHY mengatakan bahwa upaya penggulingan kekuasaan secara paksa.

Menjadi panas, karena ada tudingan bahwa ada elemen kekuasaan, orang lingkar Jokowi yang terlibat---yang akhirnya diketahui sebagai Moeldoko, dan beberapa kader dan non kader, Marzuki Alie Cs.

Dalam sebuah tayangan dialog politik di salah satu stasiun televisi swasta yang membahas polemik ini, saya sempat mendengar sebuah pernyataan menarik dari Adi Prayitno, pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Parameter Politik.

Adi mengatakan bahwa ini dapat diibaratkan sebagai ajakan perang terbuka dari Demokrat.

Ada lebih lanjut secara singkat menjelaskan bahwa ada 3 (tiga) hal yang ingin dikomunikasikan AHY sebagai Ketum, dan Demokrat melalui ajakan perang terbuka ini.

Pertama,   Demokrat ingin menunjukan kepada publik, bahwa di bawah kepemimpinan AHY, Demokrat telah siap menghadapi siapapun dari eksternal maupun internal yang ingin meraih kekuasaan secara paksa.

Kedua, Demokrat ingin menunjukkan bahwa DPP, DPD maupun DPC sudah sangat  solid dan didominasi oleh kaum muda yang dapat disebut tidak mempunyai dosa masa lalu.

Ketiga, ajakan perang terbuka ini membuat Demokrat dapat dikatakan tidak peduli akan elektabilitas, ini bahkan melewati dari ambisi elektabilitas karena ini berkaitan dengan marwah dan kedaulatan partai.

***

Secara esensi, saya setuju dengan opini Adi Prayitno ini, namun ada beberapa hal yang tetap menjadi pertanyaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun