Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sececah Nasihat dari Kasus Zuraida Hanum

15 Januari 2020   09:44 Diperbarui: 15 Januari 2020   09:56 1772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Tribun

Wajah Zuraida Hanum nampak lesu. Ibu muda  itu sudah tak bebas lagi. Zuraida sudah menggunakan rompi oranye sebagai tahanan, dia disangkakan menjadi otak pembunuhan dari Hakim Pengadilan Negeri (PN) Medan Jamaluddin yang adalah suaminya sendiri.

Cerita tentang bagaimana pembunuhan terjadi dapat dibaca dari berbagai pemberitaan. Zuraida menyewa dua eksekutor, lalu Jamaluddin dibekap, dibunuh di rumahnya, dan diatur sedemikian rupa sehingga ditemukan meninggal saat di dalamnya mobil miliknya di area kebun sawit Desa Suka Rame, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, Sumut, Jumat (29/11/2019.

Dua bulan hampir berlalu, sesudah penyelidikan pihak kepolisian membongkar kasus ini. Mengejutkan, Zuraida yang terlihat sangat sedih ketika pemakaman suaminya, ternyata adalah si perancang dari pembunuhan itu.

Ruang sidang, dan vonis sudah menunggu. Berat, pidana seperti ini ancamannya bisa hukuman mati dan hukuman seumur hidup. Suram bagi Zuraida.

Ada beberapa latar belakang pembunuhan yang sudah  diframe  dari penjelasan  beberapa pihak. Pihak kepolisian mengatakan bahwa motifnya adalah sakit hati mau dicerai, selain itu soal harta juga sempat disentil, dan terakhir adalah adanya perselingkuhan yang terjadi. Baik Jamaluddin (menurut pengakuan Zuraida) dan Zuraida ternyata juga berselingkuh,

Zuraida berselingkuh dengan salah satu eksekutor bernama Jefry, keduanya berencana membangun mahligai rumah tangga sesudah Jamaludin tewas dibunuh.

JIka harus menyesali mengapa ini terjadi, itu sudah terlambat. Namun menjadikan peristiwa ini sebagai sebuah "pengingat" mungkin bisa menjadi sebuah langkah bijak. Ada beberapa pelajaran dari peristiwa ini.

Pertama, soal teman atau komunitas berbagi masalah rumah tangga. Seorang teman wanita ketika ikut membahas kasus ini sempat mengajukan pertanyaan, "apakah tidak ada teman cerita, atau mediator dari persoalan rumah tangga yang dialami oleh Zuraida dan Jamaludin?"

Pijakan pertanyaan ini berasal dari konflik rumah tangga yang dihadapinya. Dia merasa beruntung karena dia mempunyai teman cerita ketika mempunyai persoalan rumah tangga, tentu teman yang baik yang dapat memberikan saran yang tepat.

Suatu saat dia juga pernah bercerita bahwa dia amat bersyukur memiliki kelompok kecil yang diisi oleh ibu-ibu sederhana, daripada kelompok arisan lainnya yang diisi oleh para istri orang kaya yang lebih sering membicarakan kekayaan dan bergosip.

Mencari teman atau komunitas yang baik amat penting untuk berbagi. Mungkin tidak memberikan solusi, tetapi saat bercerita ternyata bisa didapati bahwa masalah rumah tangga yang dihadapi tidak sepelik persoalan rumah tangga orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun