Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Setuju dengan Fadli Zon, Jokowi Amatiran dan Terima Wangsit

28 Agustus 2019   22:51 Diperbarui: 28 Agustus 2019   23:18 1228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Biro Pers Istana Presiden

Politikus Partai Gerindra, Fadli Zon memberikan kritik keras kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pindah ibu kota. Keputusan Jokowi itu dianggap  karena mendapat wangsit. Begini pernyataan lengkap pria yang  juga wakil ketua DPR ini.

"Inilah karena memang dijalankan secara amatiran. Dengar dulu dong pendapat-pendapat masyarakat, para ahli, akademisi, perguruan tinggi. Bukan hanya niat mungkin karena dapat wangsit dari mana gitu," ujar Fadli di DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (28/8/2019).

Ehem.. (sambil tarik napas dalam-dalam). Bukan namanya Fadli jika tidak mengkritik Jokowi. Inilah figur oposan sejati (meski terkadang ngawur) yang dibutuhkan negeri ini. Meski Gerindra bergabung dengan pemerintahan nanti, Fadli dapat membentuk sendiri partai oposan, Partai Fadli. Semoga berkenan.

Apakah setuju bahwa kebijakan Jokowi itu seperti terima wangsit? Setuju 100 persen., tetapi eitss dalam pengertian yang berbeda, masak, hanya si Zon yang boleh ngawur, saya juga bisa.

Jadi menerima wangsit itu, pada umumnya diartikan sebagai sesuatu yang gaib, datang dari dunia lain, sehingga apa yang dilakukan Jokowi itu, seperti datang dari dunia lain, supra natural.

Nah ini saya setuju. Saya menyebutnya extraordinary, luar dari biasa, mungkin melebihi akal pikiran Fadli Zon sendiri.

Bayangkan, sudah puluhan tahun, wacana pindah ibu kota dibicarakan, timbang menimbang, dan mungkin hanya pencitraan dibangun sejak era sebelum Jokowi. Ada rencana nama inilah, itulah, konsep inilah, itulah, tetapi hanya Jokowi seorang yang berani untuk mengeksekusi. 

Lalu sekarang danggap amatir dan terima wangsit?,  silahkan.

Berikut. Semua  kepala-kepala itu, sejak Indonesia merdeka, baik kepala negara dan itu para wakil rakyat yang dibilang mewakili rakyat, selalu berkoar-koar tentang keadilan, pemerataan ekonomi, pemerataan pembangunan dari Sabang sampai Merauke.

Lalu muncul mantan tukang kayu pemilik pabrik mebel kecil di Solo, berperawakan sederhana  dan bertubuh kurus tak banyak omong seperti umumnya wakil rakyat, perlahan-lahan dalam segala keterbatasan, akhirnya diridhoi menjadi seorang Presiden dan memutuskan bahwa ibu kota perlu dipindahkan ke Kalimantan demi pemerataan pembangunan.

Lalu sekarang, ada yang menuduh amatiran dan mendapatkan wangsit? Silahkan,..

Pemimpin besar dikenal dengan keputusan besar, meskipun keputusan itu tidak mungkin menyenangkan semua orang.

Dianggap amatiran, silahkan. Tetapi, hanya yang amatiran yang berani mengambil resiko meningkatkan dana infrastruktur untuk kawasan Indonesia Timur, meski diprediksi akan kehilangan suara dari bara, dianggap terlalu boros dan sedihnya dianggap memiliki paham komunis alias PKI. Sedih.

Sesekali datang ke timur Indonesia om, lihat wajah rakyat NTT yang tersenyum ketika melihat bendungan-bendungan dibangun dengan masif di era amatiran ini, mungkin rakyat baru mendapatkan kesejahteraan sesudah yang amatir itu lengser, tetapi kebahagiaan itu soal keputusan baik pak Fadli, bukan dari kritik terus menerus tanpa henti. 

Optimisme yang sama yang harus ditanamkan ketika ibu kota ini pindah, demi Indonesia yang  semakin sejahtera. Amin.

Soal dianggap kurang kajian. Siap pak Fadli, jika kajian itu adalah soal menghitung untung rugi, mungkin penjelasan detail dari Kepala Bapennas, Bambang Brodjonegoro masih kurang jelas, mari bertanya, mari berdiskusi.  Hitungannya memang lebih sulit dari klaim sana sini yang berlebihan, bahkan lebih sulit dari menarik garis lurus dan mengatakan rudal china akan menghancurkan Kalimantan dari Beijing sana.

Terakhir, soal wangsit lagi, gaib. Hidup itu terkadang tidak seperti yang kita rencanakan. Kekuatan kita tidak mampu mengatur kehidupan ini. Jika bicara bangsa Indonesia, apakah ada yang berani memastikan bahwa bangsa ini akan bertahan selama 74 tahun om? Tidak seorangpun bisa. Gaib kan?

Ah, begitu saja. Kita punya malam yang sama di Indonesia. Mari sudah kita beristirahat, semoga dapat wangsit om Fadli. 

Sumber : 1  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun