Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

"Cattenacio" di Internal Koalisi Membuat "Tiki Taka" Jokowi Tersendat

20 Agustus 2019   09:57 Diperbarui: 20 Agustus 2019   14:43 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ISTANA PRESIDEN/AGUS SUPARTO)

Hingga pertemuan dengan Prabowo dan rekonsiliasi dianggap telah menyentuh titik temu, Jokowi dipandang telah piawai memainkan tiki taka, memainkan bola politik dengan amat cantik. Tidak banyak yang menyangka manuver cantik terjadi ketika Jokowi dapat bertemu Prabowo di MRT, dan lalu membuat gestur politik lainnya yang membuat bola nampaknya selalu berada di kaki Jokowi.

Tiki taka, tiqui-taca adalah gaya permainan sepak bola yang cirinya adalah umpan-umpan pendek dengan pergerakan yang dinamis, memindahkan bola melalui beragam cara yang indah dan mempertahankan penguasaan bola.

Sebenarnya strategi ini adalah pengembangan taktik dari total voetbal Belanda yang berkembang zaman Pelatih Rinus Michels, dan terus dikembangkan oleh Johan Cruiff baik sebagai pemain dan pelatih di Timnas Belanda danBarcelona.

Puncaknya ketika klub La Liga FC Barcelona di bawah asuhan Pelatih Josep "Pep" Guardiola pada tahun 2008-2012 fasih atau memainkan pola ini dengan Messi, Xavi Hernandez dan Andres Iniesta sebagai porosnya.

Secara politik sebenarnya sedikit lagi, tiki taka Jokowi akan komplit ketika Gerindra masuk dengan "damai" ke dalam koalisi Jokowi.

Persoalannya menjadi tidak semudah itu, karena tiki taka Jokowi menghadapi tembok tebal ketika rekan-rekan Partai Politik di Koalisi Jokowi memainkan cattenacio untuk menahan laju Jokowi mulus membawa masuk Gerindra.

Catenaccio adalah sistem taktis dalam permainan yang menitikberatkan kekuatan pada pertahanan. Dalam bahasa Italia, catenaccio berarti "kunci" atau "grendel".

Strategi permainan ini membuat pertahanan menjadi lebih terorganisir dan efektif agar lawan kesulitan masuk ke dalam kotak penalti dan mencetak gol. Strategi ini diperkenalkan oleh Helenio Herrera pada tahun 1960-an saat membesut Inter Milan.

Sistem ini semakin dikenal saat Jose Mourinho bersama Inter Milan berhasil mengandaskan Barcelona punyanya Pep Guadiola saat Liga Champions 2010. Inter pun menjadi juara dengan cattenacio yang juga sering diplesetkan dengan parkir bus.

Di dalam koalisi, Nasdem dan Golkar tampak paling kuat memainkan sistem grendel ini. Nasdem berdiri sebagai libero yang siap menyapu bola itu bergulir setiap kali ada kesempatan.

Presiden Joko Widodo I Gambar : Tribun
Presiden Joko Widodo I Gambar : Tribun
Nasdem melalui Sekjen Johnny G Plate Plate mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak pernah mengajak Partai Gerindra bergabung dalam Koalisi Indonesia Kerja (KIK) dan kabinet periode 2019-2024.

Ajakan Jokowi kepada Gerindra, menurut Plate sebatas bersama-sama membangun negara seusai Pilpres 2019. "Jokowi tidak pernah itu mengajak secara langsung mereka (oposisi) ke dalam kabinet. Maksud Jokowi ialah mari bersatu untuk membangun negara. Jangan dianggap bag-bagi kursi di kabinet," ujar Johnny di Jakarta, Jumat (9/8).

Grendel Nasdem juga tampak susah ditembus karena Nasdem juga memberikan alasan untuk kebaikan bernegara yaitu Gerindra akan lebih berkontribusi bagi negara jikalau berperan sebagai oposan. Imbauan Nasdem terhadap Gerindr dianggap memiliki peran penting bagi berjalannya demokrasi dalam suatu negara.

Meskipun lebih lembut, Golkar pun menerapkan sistim Grendel dengan versinya sendiri. Saat pertama kali isu Gerindra bergabung, Golkar berharap agar ada keseimbangan dalam berdemokrasi.

"Ya dalam demokrasi yang sehat tentu ada yang di pemerintah, ada yang di parlemen yang check and balance ya," ujar Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto saat dijumpai di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Rabu (19/6/2019).

Bahkan Menurut Airlangga, kekuatan koalisi pendukung Jokowi-Ma'ruf di parlemen sudah cukup besar, yakni sekitar 60 persen. Kekuatan itu dinilai sudah cukup untuk mengawal program kerja pemerintah selama lima tahun ke depan. Artinya tidak perlu lagi Gerindra untuk bergabung.

Jokowi perlu jeli dan menemukan cara untuk menembus cattenacio dari Nasdem dan Golkar ini. Jika kembali kepada strategi sepak bola, maka hanya ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan. Pertama, menunggu pemain lawan yang memainkan sistim bertahan ini kelelahan, dan akhirnya bersikap seperti "pasrah" saja, dan kedua, menunggu salah satu dari para pemain bertahan dikartu merah oleh wasit, alias dikeluarkan dari lapangan.

Kemungkinan pertama akan terjadi, jikalau kompromi politik berjalan lancar bagi Jokowi. Nasdem dan Golkar akan menerima hasil kompromi, karena kemungkinan untuk keluar untuk membentuk poros baru terlalu riskan karena harganya adalah keluar dari pemerintahan.

Kedua langkah paling cepat adalah memberi garis tegas bahwa parpol yang menolak Gerindra bergabung ya keluar dari koalisi. Meskipun harga sosial politiknya cukup mahal, karena bukan soal jangka pendek saja tetapi juga untuk 2024 nanti, kehilangan satu kawan sungguhlah merugikan.

Kita perlu menunggu langkah apa yang diambil oleh Jokowi, pilihan mana yang akan diambil termasuk pada akhirnya meninggalkan bola tetap di luar kotak penalti lawan. Artinya, Gerindra akan tetap di luar. Kita lihat nanti, apakah tiki taka akan unggul atau cattenacio memaksa Tiki Taka berhenti meski untuk sejenak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun