Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

"Cattenacio" di Internal Koalisi Membuat "Tiki Taka" Jokowi Tersendat

20 Agustus 2019   09:57 Diperbarui: 20 Agustus 2019   14:43 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ISTANA PRESIDEN/AGUS SUPARTO)

Presiden Joko Widodo I Gambar : Tribun
Presiden Joko Widodo I Gambar : Tribun
Nasdem melalui Sekjen Johnny G Plate Plate mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak pernah mengajak Partai Gerindra bergabung dalam Koalisi Indonesia Kerja (KIK) dan kabinet periode 2019-2024.

Ajakan Jokowi kepada Gerindra, menurut Plate sebatas bersama-sama membangun negara seusai Pilpres 2019. "Jokowi tidak pernah itu mengajak secara langsung mereka (oposisi) ke dalam kabinet. Maksud Jokowi ialah mari bersatu untuk membangun negara. Jangan dianggap bag-bagi kursi di kabinet," ujar Johnny di Jakarta, Jumat (9/8).

Grendel Nasdem juga tampak susah ditembus karena Nasdem juga memberikan alasan untuk kebaikan bernegara yaitu Gerindra akan lebih berkontribusi bagi negara jikalau berperan sebagai oposan. Imbauan Nasdem terhadap Gerindr dianggap memiliki peran penting bagi berjalannya demokrasi dalam suatu negara.

Meskipun lebih lembut, Golkar pun menerapkan sistim Grendel dengan versinya sendiri. Saat pertama kali isu Gerindra bergabung, Golkar berharap agar ada keseimbangan dalam berdemokrasi.

"Ya dalam demokrasi yang sehat tentu ada yang di pemerintah, ada yang di parlemen yang check and balance ya," ujar Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto saat dijumpai di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Rabu (19/6/2019).

Bahkan Menurut Airlangga, kekuatan koalisi pendukung Jokowi-Ma'ruf di parlemen sudah cukup besar, yakni sekitar 60 persen. Kekuatan itu dinilai sudah cukup untuk mengawal program kerja pemerintah selama lima tahun ke depan. Artinya tidak perlu lagi Gerindra untuk bergabung.

Jokowi perlu jeli dan menemukan cara untuk menembus cattenacio dari Nasdem dan Golkar ini. Jika kembali kepada strategi sepak bola, maka hanya ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan. Pertama, menunggu pemain lawan yang memainkan sistim bertahan ini kelelahan, dan akhirnya bersikap seperti "pasrah" saja, dan kedua, menunggu salah satu dari para pemain bertahan dikartu merah oleh wasit, alias dikeluarkan dari lapangan.

Kemungkinan pertama akan terjadi, jikalau kompromi politik berjalan lancar bagi Jokowi. Nasdem dan Golkar akan menerima hasil kompromi, karena kemungkinan untuk keluar untuk membentuk poros baru terlalu riskan karena harganya adalah keluar dari pemerintahan.

Kedua langkah paling cepat adalah memberi garis tegas bahwa parpol yang menolak Gerindra bergabung ya keluar dari koalisi. Meskipun harga sosial politiknya cukup mahal, karena bukan soal jangka pendek saja tetapi juga untuk 2024 nanti, kehilangan satu kawan sungguhlah merugikan.

Kita perlu menunggu langkah apa yang diambil oleh Jokowi, pilihan mana yang akan diambil termasuk pada akhirnya meninggalkan bola tetap di luar kotak penalti lawan. Artinya, Gerindra akan tetap di luar. Kita lihat nanti, apakah tiki taka akan unggul atau cattenacio memaksa Tiki Taka berhenti meski untuk sejenak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun