Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Timnas U-19, Realistis tapi Jangan Pantang Menyerah

24 Oktober 2018   11:30 Diperbarui: 24 Oktober 2018   13:27 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas U-19 menghadapi partai hidup mati I Gambar : Bolasport.com

Namun ada juga yang berpendapat berbeda, Qatar memang lebih baik. Bagi pihak ini, kekalahan Egy Vikri cs karena kemampuan individu, mental dan taktik dari Qatar yang lebih siap. Kekalahan tetaplah kekalahan meski dalam skor telak ataupun tipis. Indonesia mendapat nol poin dan Qatar mendapat tiga poin.

Kekalahan yang harus membuat Indonesia menghadapi pertandingan hidup mati di Grup A melawan Uni Emirat Arab (UEA) dan sebaliknya Qatar sudah sedikit tersenyum karena hanya menghadapi Taiwan di pertandingan terakhir.

Jika mau jujur, maka saya akan cenderung berada di pihak kedua, mencoba lebih realistis dengan kemampuan timnas U-19 kita. Masih banyak lubang sana sini yang harus diperbaiki, khususnya soal menggalang pertahanan di belakang.

Bagi saya, gol demi gol dari Qatar bukan semata kesalahan seorang Nurhidayat semata, tetapi sebuah kelemahan dari organisasi permainan atau pertahanan itu sendiri. Tercipta gol Qatar juga terjadi karena pemain tengah terkhusus para gelandang tidak mampu menjadi pemutus serangan atau aliran bola yang mengalir dari lini tengah Qatar dengan begitu mulusnya.

Berikutnya pertanyaan soal sistem perangkap offside sehingga kita lebih sering melihat duel satu lawan antara penyerang lawan dan kiper Indonesia. Perangkap offside gagal dan akhirnya kita harus menahan napas saat Umaru, pemain bernomor 7 dengan kecepatannya mampu melepaskan diri sehingga berhadapan langsung dengan kiper Riyandi.

Di lini depan kita juga memiliki pekerjaan rumah. Jika tak mampu menahan banjir gol dari Qatar, bukankah seharusnya kita juga membobol gawang mereka lebih banyak dari jumlah kebobolan yang kita alami.

Tetapi mungkin kita terlalu percaya diri dan sibuk dengan aksi individu yang akhirnya mudah dipatahkan lawan. Kita juga terlalu memuja kecepatan pemain sayap kita, dan lupa bahwa Qatar sudah mengantisipasi itu lebih dahulu, dan kita baru tersadar harus mencoba menusuk dari tengah sesudah Todd Rivaldo beraksi. Sudah terlambat.

Menghadapi Uni Emirat Arab (UEA), kita harus jujur bahwa UEA lebih tangguh dari Qatar, dan artinya juga lebih tangguh dari Indonesia. Kita tidak bisa memungkiri itu, terlebih sesudah UEA membantai Taiwan 8-1 sebelum melawan Garuda Muda.

Lalu sekarang apa? Realistis dan jangan pantang menyerah. Ini jawaban yang saya pikir harus jujur kita kemukakan. 

Sehebat-hebatnya Egy, di atas kertas permainan kita masih kalah kelas dari UEA. Oleh karena itu, kita jangan bermain sporadis seperti pertandingan terdahulu, seperti merasa lawan kalah hebat daripada kita karena kita memiliki Egy, Saadil, coach Indra Sjafrie dan bertindak sebagai tuan rumah. Kita akhirnya menyerang membabi buta dari setiap lini dan lupa pertahanan. Kembalilah mendarat di bumi, reset dari nol.

Ini bukan berarti kita akan pasrah, sama sekali tidak. Kita hanya perlu lebih berkonsentrasi dan bermain lebih seimbang baik bertahan dan menyerang. Alangkah lebih baik jika kita bersikap "rendah hati" dengan lebih bertahan serta mengandalkan serangan balik, menimbang UEA yang dipastikan akan tampil menyerang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun