Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Tersenyumlah Untuk Gregoria

19 Oktober 2018   11:35 Diperbarui: 19 Oktober 2018   12:54 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gregoria, harapan satu-satunya di tunggal Denmark Open I Gambar : Tribun

Tadi malam tanpa sengaja saya terbangun ketika tunggal putri kita, Gregoria Mariska Tunjung sedang bertanding melawan tunggal putri Denmark, Mia Blichfeldt di babak perdelapan final Denmark Terbuka 2018. Sedang ada siaran langsung turnamen level 750 itu  di siaran TV berbayar yang dulunya milik Kompas tetapi sekarang saya kurang tahu.

Pertandingan set pertama hampir selesai, dan seperti biasanya tunggal kita sedang ketinggalan, dan akhirnya memang kalah di set pertama dengan 16-21.

Biasanya saya langsung akan tidur jika tak ada harapan, tetapi saya penasaran dengan penampilan Gregoria karena sebelumnya saya belum pernah sama sekali menyaksikan Gregoria beraksi.

Hitung-hitung sekaligus memberikan dukungan meski dari layar kaca di tengah dukungan publik Denmard di Odense Sports Park yang bergemuruh mendukung Blichfeldt.

Berusaha menahan kantuk, saya juga akhirnya tahu pelatih pebulutangkis berwajah manis ini adalah Minarti Timur saat Minarti menemui Gregoria waktu rehat akhir atau tengah set.

Nama dan wajah Minarti Timur memang menarik perhatian saya sewaktu dulu baru mengenal bulutangkis. Namanya unik dengan akhiran nama pertama dan awalan nama kedua bernada sama "Ti". Bandingkan dengan saya, Arnold Adoe, tidak unik bukan?

Ah, tidak penting! Oh, soal wajah Minarti Timur, Minarti itu wanita yang jarang tersenyum. Wajahnya terlihat serius melulu. Entahlah apakah karena ada kata Timur di situ? Lagi-lagi  membahas yang tidak penting kan?

Kita kembali ke Gregoria. Di set kedua, Gregoria yang  baru berusia 21 tahun ini kembali tertinggal. Saya sempat mengeluh dalam hati, mengapa saya harus menyaksikan laga tengah malam dengan hasil sebuah  kekalahan. Skor masih 7-10 bagi keunggulan Blichfeldt yang sebelumnya membuat kejutan dengan menaklukan pebulutangkis tangguh asal Spanyol, Carolina Marin.

Tetapi perlahan-lahan Gregoria terus mengejar. Penilaian saya, Gregoria itu tipe pemain yang senang bermain rally. Menonton Gregoria itu melatih kesabaran kita. Kita merasa seharusnya Gregoria langsung melakukan smash tajam ala Anthony Ginting, tetapi Gregoria terus memukul bola panjang ke belakang.

Namun gaya Gregoria ini sebenarnya dasar dari permainan bulu tangkis. Ketika saya berlatih dengan klub di kampung saya, sang pelatih tidak melatih smash terlebih dahulu tetapi disuruh memukul shuttlecock  sekuatnya jauh ke belakang, capeknya minta ampun. 

Nah, jika sudah mampu melakukannya lebih lama, baru saya dianggap sudah siap jadi pebulutangkis hebat. Sayangnya, saya gagal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun