Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gejolak Kurs dalam Bahaya Laten Global

3 Juni 2018   18:54 Diperbarui: 3 Juni 2018   22:19 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahaya laten juga teridentifikasikan dalam perekonomian China dengan melihat pertumbuhan utang seperti digambarkan pada Peraga-3.

Debt Service Ratio China India Indonesia - by Arnold M
Debt Service Ratio China India Indonesia - by Arnold M
Sumber informasi : IMF

Dalam masa 2013 - 2017 rasio utang PDB (Produk Domestik Bruto atau GDP) meningkat hampir 11%; sementara pada masa yang sama rasio utang India hanya meningkat 1.7% dan Indonesia meningkat 4%; dan rerata pertumbuhan PDB pada masa yang sama India dan China sedikit di atas 7% dan Indonesia pada kisaran 5.1%. 

Berdasarkan pertumbuhan rasio utang China, secara rerata pertumbuhan utang per tahun mencapai 14%; dengan catatan bahwa Neraca Perdagangan China selalu mengalami surplus sementara anggaran mengalami rerata defisit hingga 2.5%. Gambaran peningkatan utang China dalam kondisi defisit anggaran menggambarkan upaya pemerintah China mempertahankan tingkat pertumbuhan tetapi rawan gejolak (volatility); sehingga kejadian Bursa Shanghai Shock seperti pada pertengahan 2015 dapat tiba-tiba berulang.

Pada kawasan Atlantik, Area Euro juga menyimpan "bahaya laten" sebagai akibat implementasi "Single Currency - Euro". Ledakan utang yang terjadi di Greece pada 2015 dapat terjadi di bagian lain Eropa Selatan seperti Portugal dan Itali. Kejadian Brexit atau UK keluar dari Uni Eropa dapat menjadi tren seperti yang saat ini muncul dengan sebutan "Quitaly" atau keluar dari Uni Eropa dan Italy kembali menggunakan mata uang Lira. 

Sentra Gravitasi Ekonomi Global


Merujuk pada populasi dan pertumbuhan ekonomi, kawasan Asia dan Pasifik merupakan Sentra Gravitasi (Central Gravity) Perekonomian Global. Dengan populasi hampir 60% dari total populasi dunia; PDB secara agregasi mencapai hampir 50% PDB global; tiga kawasan Asia merupakan "Core" atau jangkar perekonomian masing-masing Eastasia (China, Jepang, Korea Selatan), Southasia (India), dan Southeastasi (Indonesia dan ASEAN). Fakta tingkat pertumbuhan perekonomian yang berada pada kisaran 6% - 7% di Eastasia dan Southasia serta 5% - 6% di Southeastasia; kawasan Asia menjanjikan imbalan yang menarik untuk "pembiakan dana" dan investasi.

Sementara pertumbuhan perekonomian kawasan Atlantik rendah dengan 2 (dua) area jangkar yaitu North America (US, Canada, Mexico) bertumbuh pada kisaran sedikit di atas 2% dan Uni Eropa bertumbuh secara rerata di bawah 2%.

Indonesia dalam Sentra Gravitasi Perekonomian Global dengan tingkat pertumbuhan PDB di atas 5% dan peran penting di ASEAN (PDB Indonesia sekitar 40% PDB ASEAN);  Indonesia merupakan tempat yang menarik untuk pembiakan dana dan pengembangan investasi; tetapi syarat perlu yang harus dipenuhi adalah "Stabilitas", mencakup aspek sosial, politik, dan keamanan agar roda perekonomian berjalan lancar.

Arnold M. - 3 Juni 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun