Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Efek Overdosis dan Kecoak Pertumbuhan

10 Agustus 2017   15:25 Diperbarui: 14 Agustus 2017   12:35 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Private Debt by Maturity - koleksi Arnold M.

Kecoak Daya Beli

Sebutan "overdosis (English : Overdose)" umumnya dikaitkan dengan penggunaan NAPZA (Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif), jenis obat-obatan yang dapat berimplikasi pada kesehatan dan kejiwaan tubuh yang mengkonsumsinya; sebagai akibat dari penggunaan yang tidak tepat atau berlebihan (over consumption). "Kecoak" selalu dianggap hewan yang menjijikan dan muncul di tempat kotor dan jorok; akan selalu muncul kembali walaupun telah diusir dan dibasmi apabila kondisinya kembali kotor alias tidak bersih.

Bagi dunia usaha, pinjaman dipandang sebagai penambah daya demi meningkatkan kapasitas dan hasil usaha. Minat penambahan kapasitas didorong adanya harapan peningkatan imbalan (return) pada masa depan; tetapi sering faktor resiko dan ketidakpastian (risk & uncertainty) tidak diperhatikan.

Pasca pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) tentang pertumbuhan ekonomi Triwulan-II 2017, masalah daya beli jadi pembahasan dan perdebatan. Penurunan daya beli merupakan implikasi dari berbagai kondisi dan keadaan sebelumnya yang "kotor dan jorok'; ibarat kecoak yang kembali akan muncul dan berlanjut (Lihat artikel : Anomali Para Pembantu Presiden). Walaupun demikian, dalam kondisi moneter yang mengesankan, Bank Indonesia masih optimis dengan pertumbuhan ekonomi 2017 pada kisaran 5,2%. Berdasarkan penjelasan BPS, pendukung utama pertumbuhan Triwulan-II adalah faktor peningkatan investasi pemerintah dan ekspor. Pada sisi lain, investasi non pemerintah (sektor private) memberikan gambaran yang tidak selaras mendukung pertumbuhan ekonomi bahkan kondisinya cenderung turun. Apakah hanya daya beli semata yang menjadi kecoak pertumbuhan rendah ?

Faktor Input

Investasi merupakan faktor input utama dalam pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan langgeng. Investasi akan memberikan perluasan lapangan kerja baru dan tentunya menyerap tenaga kerja; yang selanjutnya berimplikasi pada pendapatan. Peningkatan pendapatan akan menaikkan permintaan dan dampaknya pada perbaikan kinerja dunia usaha (sektor private) serta kenaikan penerimaan pajak pemerintah.

Gambaran kondisi investasi sektor private diberikan pada beberapa peraga berikut ini.

Peraga-1 : Aliran Masuk Dana Penanaman Modal Asing (PMA - Inflow FDI)

Inflow FDI updated - koleksi Arnold M.
Inflow FDI updated - koleksi Arnold M.
Sumber informasi : Bank Indonesia - SDDS - External Sector (dengan pengolahan)

Aliran masuk dana PMA pada masa 2011 hingga 2015 (Triwulan-III hingga Triwulan-II tahun berikutnya) berada pada rentang USD 17 Miliar hingga USD 26.5 Miliar atau secara rerata USD 22,8 Miliar selama 4 tahun; sementara untuk masa 2015 - 2017 trend-nya turun dengan catatan bahwa pada Triwulan-IV 2016 terjadi aliran balik atau keluar. 

Peraga-2 : Pinjaman Eksternal dalam Valuta Asing (Valas)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun