Di era modern yang penuh tantangan, muncul fenomena di kalangan anak muda yang sering disebut sebagai budaya "kabur aja dulu". Sikap ini menggambarkan kecenderungan untuk menghindari kesulitan dengan memilih pergi atau menyerah lebih awal, baik dalam dunia kerja, pendidikan, maupun kehidupan sosial. Salah satu bentuk paling nyata dari budaya ini adalah meningkatnya jumlah anak muda Indonesia yang memilih bekerja di luar negeri.
Keputusan untuk mencari pekerjaan di luar negeri sering kali didasarkan pada harapan mendapatkan gaji lebih tinggi, lingkungan kerja yang lebih baik, atau peluang karier yang lebih menjanjikan. Tidak dapat disangkal bahwa bagi banyak orang, bekerja di luar negeri memang memberikan keuntungan ekonomi yang lebih besar dibandingkan bekerja di dalam negeri. Namun, di balik keputusan ini, muncul pertanyaan penting: apakah bekerja di luar negeri benar-benar menjadi pilihan terbaik, atau hanya bentuk dari mentalitas "kabur aja dulu", di mana tantangan di dalam negeri dihindari alih-alih dihadapi?
Mengapa Banyak Anak Muda Memilih Pergi?
Ada banyak faktor yang membuat anak muda lebih memilih mencari pekerjaan di luar negeri. Salah satunya adalah kurangnya kesempatan kerja dengan gaji yang layak di Indonesia. Beberapa profesi di dalam negeri memang masih menawarkan upah yang jauh lebih rendah dibandingkan di luar negeri, membuat pilihan untuk pergi menjadi hal yang masuk akal. Selain itu, kondisi kerja di beberapa sektor di Indonesia masih belum ideal, dengan jam kerja panjang, sistem kerja yang kurang menghargai tenaga kerja, dan minimnya kesempatan untuk berkembang.
Namun, ada juga kelompok yang memilih pergi bukan karena benar-benar tidak punya pilihan, tetapi lebih karena menghindari tantangan. Persaingan kerja di Indonesia memang ketat, dan tidak semua orang mau menghadapi proses panjang dalam membangun karier. Ada yang merasa lebih mudah untuk mencari pekerjaan di luar negeri dibandingkan harus berjuang menghadapi ketidakpastian di dalam negeri. Jika alasan utama seseorang bekerja di luar negeri adalah karena ingin jalan pintas atau menghindari kesulitan dalam mencari pekerjaan, maka ini bisa menjadi masalah.
Dampak Jangka Panjang bagi Indonesia
Jika tren ini terus berlanjut, Indonesia bisa kehilangan banyak tenaga kerja berbakat yang seharusnya bisa membangun negara ini menjadi lebih baik. Fenomena brain drain, di mana orang-orang terbaik suatu negara lebih memilih bekerja di luar negeri, bisa berdampak buruk pada perkembangan ekonomi dan inovasi dalam negeri. Jika semua orang yang berpotensi lebih memilih pergi, maka negara akan mengalami kesulitan dalam menciptakan tenaga kerja unggul yang mampu bersaing di tingkat global.
Selain itu, mentalitas "kabur aja dulu" juga bisa berdampak pada etika kerja secara keseluruhan. Jika anak muda terbiasa mencari jalan yang lebih mudah setiap kali menghadapi kesulitan, bagaimana mereka bisa membangun daya juang dan ketahanan mental? Tantangan dalam dunia kerja akan selalu ada, baik di dalam maupun di luar negeri. Jika seseorang tidak terbiasa menghadapi kesulitan dan lebih memilih "kabur" ketika merasa tidak nyaman, maka kemungkinan besar mereka juga akan menghadapi masalah yang sama di luar negeri.
Apakah Pergi Selalu Salah?
Tentu saja, tidak semua orang yang bekerja di luar negeri bisa dikategorikan sebagai bagian dari budaya "kabur aja dulu". Banyak dari mereka yang benar-benar ingin mencari pengalaman baru, memperluas wawasan, dan meningkatkan keterampilan yang nantinya bisa bermanfaat bagi karier mereka. Bahkan, beberapa orang kembali ke Indonesia dengan membawa ilmu dan pengalaman yang bisa membantu membangun bangsa.