Mohon tunggu...
Arneeza vellya
Arneeza vellya Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA

Hobi saya menulis, saya bersekolah di SMAN 20 Bandung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sisi Kelam Kota Sidoarjo: Apa yang Sebenarnya Terjadi?

19 Mei 2023   19:21 Diperbarui: 19 Mei 2023   19:24 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Lumpur Lapindo merupakan salah satu fenomena alam yang terjadi di Indonesia. Suhu dan kandungan gas mengeluarkan semburan yang besar dari lumpur lapindo sidoarjo dengan aktivitas vulkanik yang berada dibagian selatan. Terlihat dari komposisi isotop helium cairan Lusi mud volcano yang sangat mirip dengan cairan Volkanik Welirang. Namun apa kallan tahu? fenomena lumpur Lapindo hingga kini masih menyebur salah satu wilayah di Jawa Timur, juga menjadi perhatian tersendiri bagi hali geologi karena termasuk bencana alam yang bertahan dalam waktu lama.

Fenomena lumpur lapindo ini sampai sekarang masih menyebur Kabupaten Sidoarjo, lebih tepatnya di Kecataman Porong. Kabupaten Sidoarjo dikenal sebagai kota Delta , karena dalam sejarah Kabupaten Sidoarjo dikelilingi lautan yang  tidak ada sedikit pun rumah atau perdesaan,  dan terletak diantara dua sungai besar pecahan dari sungai Brantas yaitu sungai Mas dan sungai Porong. Penyebab menyeburnya lumpur lapindo di Sidoarjo diakibatkan oleh, bocornya pengeboran gas Bumi. Kebocoran gas bumi tersebut dilakukan atas kelalaian PT. Lapindo Brantas yaitu kesalahan prosedur saat pengeboran. Menurut Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo, Kementrian PUPR, lumpur lapindo pertama kali muncul di Sidoarja pada 29 Mei 2006. Pusat atau titik semburan lumpur lapindo ini terletak di Desa Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. 

Ttitik semburan lumpur lapindo tersebut berjarak sekitar 200 m dari wilayah pengeboran gas milik PT. Lapindo Brantas di Desa Renokenogo. Lokasi semburan lumpur lapindo ini merupakan kawasan pemukiman warga dan berada di sekitar kawasan industri utama Jawa Timur. Semburan lumpur awal-awal kemunculaan memiliki volume semburan kisaran 100.000-120.000 m3/hari, dan memiliki kandungan padatan 35% dengen temperatur 100 derajat Celcius. Semburan lumpur lapindo sangat kental, sehingga sulit bergerak secara gravitasi. Sampai saat ini Lumpur Sidoarjo terus mengalir ke Laut, Teluk Madura. Selain berdampak pada kehidupan biota laut juga berdampak kepada masyarakat sekitar yang kehidupannya bergantung pada alam. Peran pemrintah sangatlah diperlukan guna menyelesaikan masalah bencana lumpur lapindo ini.

Lumpur menggenangi 16 desa di tiga kecamatan. Semula hanya menggenangi empat desa dengan ketinggian sekitar 6 meter, yang membuat dievakuasinya warga setempat untuk mengungsi rumah. Hingga bulan Agustus 2006, luapan lumpur ini telah menggenangi sejumlah desa/kelurahan di Kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin, dengan total warga yang dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan tak 25.000 jiwa mengungsi. Karena tak kurang 10.426 unit rumah terendam lumpur dan 77 unit rumah ibadah terendam lumpur. Selain itu peristiwa lumpur lapindo ini mengakibatkan kerusakan lingkungan terhadap wilayah yang tergenangi, termasuk area persawahan.

Lalu perlu diketahui edaran pemerintah terhadap rehabilitas dampak lumpur lapindo Sidoarjo turut berperan bagi masyarakat mengambil inisiatif dalam menanggulangi beban pencemaran. Boby Bagja Pratama dalam paparanya menjelaskan bahwa terdapat dua jenis mitigasi pada lumpur lapindo Sidoarjomitigasi: Struktural dan mitigasi kultural merupakan mitigasi lumpur lapindo Sidoarjo. Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana, seperti pembangunan tanggul, jaring di dermaga, penambahan bola beton, dan perencanaan buffer zone lumpur Sidoarjo. Sedangkan mitigasi kultural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana dengan cara perubahan paradigma, meningkatkan pengetahuan dan sikap, sehingga terbangun masyarakat yang tangguh.

Pentingnya tanggapan darurat kebencanaan ataupun mitigasi bencana yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), karena lumpur Lapindo ini masuk dalam bencana nasional yang harus ditangani pemerintah pusat, pengamat kebijakan publik mengatakan bahwa pentingnya early warning system akan menjadi pengingat, dengan bunyi alarm itu masyarakat sudah langsung tahu harus lari kemana dengan pusat titik berkumpul daripada masyarakat itu sendiri. Early warning sistem dan mitigasi bencana itu harusnya dilakukan secara terus menerus dilatih dan berlatih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun