Donni mati kutu. Ia tidak punya cukup bukti untuk menguatkan alasan jika ibu Hesty-lah yang membawanya ke rumah ini. Tatapan ibu Hesty masih tertuju padanya. Ia masih menanti-nanti, jawaban apa yang akan dikatakan anak didiknya itu.
“Halo, Her?” Donni merogoh handphone yang barusan saja berdering.
“Don, tadi bapaknya Bondan meneleponku dan dia bertanya di mana kau sekarang dan aku jawab kamu berada di rumah ibu Hesty,”
“Lalu, apa masalahnya?” tanya Donni cepat.
“Rumahnya ibu Hesty di komplek perumahan Grand Morista ‘kan? Kalau enggak salah, rumah ibu Hesty dikelilingi tanaman singkong—”
“Iya iya, tapi apa masalahnya?” serobot Donni kesal.
“Polisi belum bisa menemukan rumah ibu Hesty.” ujar Heru lepas.
Donni melongo dengan semua keanehan yang terjadi. Ia ingin memastikan apakah polisi benar-benar sedang mencari rumah ini. Sebelum tangannya meraih gagang pintu, tangan ibu Hesty sudah menahannya lebih dahulu.
“Jangan...” Bola matanya melotot ke arahnya. Tak berselang lama, sebuah benda tumpul mendera tengkuknya hingga Donni tak sadarkan diri.