Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tumbal Arwah Jelangkung - 8

26 Februari 2016   18:36 Diperbarui: 26 Februari 2016   18:56 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Donni diam saja begitu ditegur langsung oleh ibu Farah. Ia pura-pura tertunduk lesu seolah menyesali perbuatannya. Ia tak ingin mengatakan bahwa Lina yang saat ini menggerayangi pikirannya.

“Bu, boleh saya izin ke kamar mandi sebentar?”

“Hmm... silakan. Sepertinya kamu dalam kondisi yang kurang fit hari ini, tapi jangan berlama-lama.” bu Farah melirik arlojinya lalu beralih pada Donni.

Setelah ibu Farah memberikan izin pada Donni, ia langsung melangkah keluar dari kelas. Pikirannnya bagai benang kusut, memikirkan cara menghentikan teror yang sudah merenggut nyawa teman-temannya.

Donni menggosok-gosok kepalanya yang pening dengan gusar. Ia tak mendapatkan petunjuk apapun mengenai asal-usul dan pemilik boneka jelangkung tersebut. Seingatnya, ia mendapatkan boneka itu tak jauh dari lapangan basket tempatnya berlatih. Sebuah boneka perempuan berbaju merah dengan rambut dikepang dua. Penampilannya kumal dengan bola mata plastik yang hampir copot.

Selain menyukai basket, ia juga menyukai permainan mistik terutama jelangkung. Berawal dari situlah, ia mengambil boneka itu lalu menaruhnya ke dalam tas.

Donni menapaki kakinya di depan kelas XI-2. Ada yang menurutnya janggal di sini—bulu kuduknya meremang. Donni tergeragap. Bola matanya berpaling ke kiri. Di sana, ada ibu Hesty sedang menerangkan pelajaran Statistika di papan tulis. Tak ada satu murid pun yang mengalihkan pandangannya selain ke papan tulis. Semua tampak serius menyimak pelajarannya.

Ibu Hesty adalah guru bidang studi matematika yang masuk di kelas IPA khususnya kelas XI-1 dan XI-2. Guru misterius yang baru saja pindah lima bulan yang lalu. Ia juga tak banyak bergaul dengan guru-guru yang lain. Tatapan matanya begitu tajam dan menusuk ke arah mata siapapun yang memandangnya. Ia tak segan-segan untuk mengeluarkan murid yang tak suka dengar pelajarannya bahkan memberikan nilai 0 di rapor siswanya.

“Apa yang kau lakukan di sana?”

“A-a-anu bu. Saya hanya melihat-lihat saja.” jawab Donni setengah gugup seraya menyimpulkan senyum getir.

“Kamu kira kelas ini kebun binatang!” senggak bu Hesty.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun