“Ehmm, mas Payino, kenal dengan ibu Hesty?” Heru berusaha untuk tidak membuat pak Payino merasa dicurigai.
“Kenal,” mas Payino mengangguk pelan, “Siapa yang tidak kenal dengan ibu Hesty? Meskipun baru beberapa bulan berada di sini, semua guru, siswa bahkan saya sendiri mengenalnya.”
“Bagaimana sikap ibu Hesty menurut mas?” kini giliran Donni mengajukan pertanyaan
“Menurut saya ibu Hesty memang orang yang tertutup. Dia memang tak terlalu banyak berbicara dan bergaul dengan guru-guru. Dia lebih suka melarutkan diri dalam kesibukannya memeriksa buku PR atau buku latihan yang biasanya diberikan kepada para siswanya.”
“Apakah ibu Hesty pernah meminta tolong pada mas?” sambung Heru lagi.
“Maksudnya?” dahi pak Payino berkerut menanggapi pertanyaan Heru yang agak membingungkan.
“Ya maksud saya, apakah bu Hesty pernah meminta tolong pada bapak untuk sebuah keperluan?”
“Ah, saya dan ibu Hesty tidak punya kepentingan apa-apa kok—sama seperti kalian, sesama siswa harus saling kenal bukan? Meskipun saya cuma berstatus penjaga di sekolah ini, tidak salah bukan, mengenal kepala sekolah, guru-guru dan staff yang berada di sekolah ini?” pak Payino tak mengarahkan matanya langsung ke mata Heru.
“Jadi, apa yang diberikan bu Hesty di samping dinding luar ruang koperasi?”
“Saya tidak mengerti—“
“Mas tidak usah mengelak! Apa susahnya untuk berkata jujur! Mas tahu, Lina sedang tidak sadarkan diri saat ini!”senggak Donni seraya berdiri, menghentakkan kaki kanannya. Alisha yang sedang belajar pun cukup tersentak dengan aksi Donni yang terkesan frontal.