“Jadi, apa yang kau lihat tadi sore?” ujar Donni sambil menyeret kursi yang berada di meja belajar ke arah Heru.
“Oh ya aku lupa.” Heru langsung mematikan PS-nya lalu berpaling pada Donni yang duduk di sebelahnya. Tapi, Heru memilih untuk duduk di kasurnya.
“Begini, tadi siang, aku melihat ibu Hesty melakukan sesuatu yang mencurigakan di luar ruang koperasi. Di sana, ia tengah memberikan amplop kepada lelaki itu,”
“Kau tahu siapa lelaki itu?” sahut Donni penuh antusias.
“Ya aku kenal dia—dia, mas Payino.
“Apa?!” Donni cukup tercengang dengan penuturan Heru. Dalam hati, ia bertanya-tanya ada urusan apa mas Payino dengan ibu Hesty.
“Apa kau punya dugaan mengenai apa yang kau lihat tadi sore?”
“Hmm, aku tidak tahu. Jika saja kau bisa mendekat, aku pasti akan memberitahukan langsung padamu—”
“Heru, maukah kau menemaniku ke sana? Kalau soal alasan, biar aku saja yang berbicara pada ibumu.” ucap Donni tegas. Kali ini, dia menatap Heru lebih intens.
Donni sudah memperkirakan hal ini akan terjadi. Ibunya Heru begitu ketat untuk urusan memberi izin keluar malam pada anaknya terutama jika temannya yang mengajak. Untung saja, ia sudah membawa buku catatan serta buku bacaan untuk memperkuat alasannya.
Setelah mendapat izin dari orang tuanya, Donni mengajak Heru keluar bersamanya. Begitu keluar dari kamar, Heru sudah membawa ransel di belakangnya. Sebelumnya, Donni memberitahu Heru agar dirinya juga membawa tas beserta buku tulis.