Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tumbal Arwah Jelangkung - 8

26 Februari 2016   18:36 Diperbarui: 26 Februari 2016   18:56 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Selang infus masih tertancap di  urat nadi Sofia. Ia dalam keadaan koma dengan alat bantu pernapasan yang terpasang di hidungnya. Grafik elektronikyang melemah menunjukkan bahwa perkembangan kesadaran Sofia belum menujukkan tanda-tanda siginifikan. Hendra menggenggam erat tangan Sofia yang lemah sembari berkata-kata.

“Sayang, sadarlah. Aku dan Melly sudah berada di sini,” ucap Hendra pelan.

Hendra terpaksa harus membatalkan rencananya ketika mendapat telepon dari kepolisian bahwa istrinya mengalami kecelakaan di ruas jalan bandara Kualanamu. Kabar itu terdengar ketika ia sudah sampai di bandara Sultan Syarif Kasim II. Ia harus kembali lagi ke Medan dengan perasaan sedih bergemuruh di dada.

Melly yang berada di samping ayahnya juga tak dapat membendung air mata. Setelah ditinggalkan oleh kakaknya, kini, ibunya tengah terbujur tak berdaya di atas ranjang. Melly sudah absen selama dua hari dari sekolah tanpa memberi kabar pada teman sekelasnya.

Tok tok tok!

“Masuk.” suruh Hendra lemah.

Dua orang polisi masuk ke dalam ruang perawatan Sofia. Hendra sontak berdiri dan menghapus air mata yang masih tersisa di wajahnya.

“Ada perkembangan mengenai pelaku penabrakan istri saya, pak?”

“Ya. Sejauh ini, kami sudah berhasil mengidentifikasi wajah pelaku berdasarkan keterangan para saksi. Kami sudah menggambar sketsa wajah di kertas ini,” sang polisi bertubuh tegap memberikan secarik kertas yang dirogohnya dari dalam kantung kemeja.

Hendra sudah menerima kertas itu dan membuka lipatannya. Ia berusaha mengenali wajah yang tergambar dalam sketsa tersebut.

“Tunggu dulu... Ini...”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun