Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pramugari Panggilan

13 Desember 2019   13:47 Diperbarui: 13 Desember 2019   13:44 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Pixabay.com

Perjalanan Wika berhenti di suatu kompleks perumahan mewah. Ia disambut oleh seorang pria tambun. Mereka berdua tampak akrab, lalu Wika menghilang ditelan gerbang yang tingginya sekitar dua meter itu.

Senyum kemenangan tergores di wajah Regina sambil berharap dengan bukti-bukti yang didapatkan, ia bisa mendepak Wika selamanya.

***

"Kak, uang sekolahku bagaimana, ya?" tanya seorang adik Wika.

"Sebentar," Wika mengeluarkan beberapa lembar uang untuk adiknya. "Kamu bagi ini baik-baik, ya. Kakak masih harus membayar sisa-sisa utang ayah-ibu kita kepada rentenir."

Sang Adik mengangguk paham. Ia tahu betul bahwa Wika harus menanggung empat perut bocah-bocah yang masih harus bersekolah beserta biaya lainnya. Hal inilah yang membuat Wika terpaksa harus menjadi "Pramugari Panggilan" demi kelancaran perekonomian keluarganya.

Adik-adik Wika cukup tahu diri, mereka tidak pernah menyusahkan selain urusan uang sekolah atau biaya les. Seharusnya, jika saja orangtua mereka tidak mewariskan utang yang cukup besar, Wika bisa hidup nyaman dengan gaji yang ia dapatkan sebagai pramugari. Tapi kehidupan memang sangat susah ditebak, selalu menjadi misteri bagi siapa pun.

***

Ketika Wika mengambil hak cuti selama beberapa hari, begitu juga Regina. Kegiatan memata-matai kehidupan seseorang sepertinya tidak hanya dilakukan oleh Regina yang terobsesi menyingkirkan Wika, tapi selama ada makhluk yang disebut manusia, kita semua sebenarnya sudah hidup dalam rasa penasaran yang tidak perlu terhadap kehidupan orang lain.

Menggunakan jasa ojek motor, Wika berangkat dari rumahnya. Seperti biasa, Regina mengikuti dari belakang dengan semua peralatan yang canggih. Kali ini Regina menggunakan baju berwarna hitam, celana panjang ketat warna hitam, BH hitam, kacamata hitam, dan tentu saja hati yang sudah menghitam akibat iri dan dengki. Ia sebenarnya mencoba meniru gaya mata-mata seperti dalam film, namun Regina tak sadar, penampilannya sekarang ini lebih mirip orang yang sedang berkabung.

Wika kemudian berhenti di sebuah rumah, letaknya persis di pinggir jalan. Semua orang tahu rumah itu. Seorang pria kaya raya yang baru saja cerai dengan istrinya tinggal di situ, dan sekarang Wika muncul seperti pelangi tepat di depan pagar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun