Lain kesempatan, Suhe mencoba mempermalukan orang yang sama di depan kelompok orang berbeda. Sama seperti sebelumnya, orang yang dipermalukan tetap bersikap datar. Lagi-lagi Suhe tampak bahagia.
Ada dua kemungkinan. Pertama, orang yang dipermalukan Suhe adalah orang yang sangat baik, dan Suhe tidak bisa menyamainya. Sehingga ia terus-terusan mengeksplorasi kekurangan lawan bicaranya. Seperti kata pepatah anonim:Â "Jika seseorang terus mencari kekuranganmu, artinya ia tak sanggup menyamai hal-hal baik yang ada pada dirimu."
Kedua, Suhe tidak memiliki hal-hal yang mampu membuatnya bahagia kecuali satu: menghina orang lain.Â
Tetapi dalam kasus ini, Suhe sebenarnya tidak merasa puas. Karena orang yang dipermalukannya itu punya reaksi yang baik dalam menanggapi pelecehan yang dialaminya: bersikap biasa saja. Oleh karena itu, Suhe berusaha sepanjang waktu agar orang tersebut marah saat merespon kata-kata yang ia lontarkan.
Sungguh cara hidup yang menyedihkan ....
Dalam sudut pandang saya, orang seperti Suhe memerlukan perhatian lebih dari orang-orang terdekatnya. Ia berulah karena kurangnya perhatian di tingkat keluarga, pun pertemanan.
Suhe tak ubahnya sebatang jarum, ia menonjol dengan cara merusak struktur kain, dan ia akan mendapatkan perhatian dengan melukai kulit. Seandainya jarum ini ditempatkan dengan cara yang benar, Suhe akan menjadi penyelamat bagi orang lain. Pernah baju Anda hilang kancing? Maka sebatang jarum akan menjadi solusi paling tepat pada saat terdesak.
"Jadi apakah Suhe bahagia?"
Ketika menghina orang lain, sementara ini ia akan menjadi pria dewasa (dengan sikap anak-anak) yang paling berbahagia di muka bumi. Maka biarkanlah ia membuang rasa depresi yang dirasakan. Kita maklumi saja jika bertemu dengan makhluk tipe Suhe, karena sesungguhnya kita berhadapan dengan seseorang yang mengidap kelainan jiwa.
Bahkan kita tak boleh menghindarinya, sebisa mungkin tetap ajak ia bicara baik-baik. Tunjukkan padanya bahwa musuh sebenarnya adalah diri Suhe sendiri. Tetap menjadi orang baik di dunia yang dipenuhi kekejaman adalah keren!
***
Dicky Armando, S.E.-Pontianak