Renungkan sabda Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam berikut ini, "Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia."
Sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari---setidaknya di lingkungan sosial saya---kita membuat gurauan agar orang lain tertawa, namun dengan mengorbankan orang lain. Jelas, dalam perspektif Islam, hal itu tidak dibenarkan. Sayangnya, banyak sekali umat Islam yang kurang waspada tentang "jurang" yang akan membawa kita pada laknat Allah subhanahu wa ta'alaa.
Biasanya, dorongan hawa nafsu untuk "menonjol" dalam lingkungan sosial akan menjadi dasar motivasi seseorang melontarkan gurauan yang melewati batas.
Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya tertawa dapat mematikan hati."
Sepanjang pengalaman saya, baik oknum pelontar gurauan maupun pendengar punya kesamaan: kecenderungan melecehkan orang lain. Singkat kata, senang melihat orang lain direndahkan.
Dikutip dari msn(dot)com, bahwa orang yang hobi mencela punya iri hati yang terpendam. Oleh karena itu, pencela sering mengungkapkan alasan tak masuk akal dengan mencari sisi buruk dan semua kekurangan orang lain.
Menurut psikolog Barbara Coloroso, orang yang hobi mencela adalah orang yang tidak mau berkaca diri.
Jadi, Sobat. Untuk apa kita berbicara dengan orang yang tidak mau "berkaca diri"? Saya menyarankan agar kawan-kawan tidak meladeni orang seperti itu. Buang-buang tenaga, dan kita beresiko melanggar syariat dengan membalas ucapan-ucapannya yang kosong.
Semoga Allah subhanahu wa ta'alaa menjaga lisan dan tingkah laku kita, serta memberikan berkat agar bisa masuk ke dalam surga-Nya. Aaaaammiinnn!
---
Referensi: