Mujiyanto, warga Desa Rajawetan, Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, menuturkan sebelum tanah bergerak terjadi di kediamannya, ia melihat keramik rumahnya retak. Ia lalu mengungsikan anak dan istrinya ke orang tuanya.
Kamis, 22 Februari 2018 malam, dia berangkat Tahlil ke Masjid. Namun setelah sepulangnya didapati rumahnya yang terletak di dukuh Babakan, Desa Rajawetan, sudah ambruk.
Kini Ia bersama istri dan dua anaknya terpaksa menumpang dirumah mertuanya, entah sampai kapan bisa kembali ke rumahnya karena sudah ambruk.
"Sekarang kami umpel-umpelan (berdesak-desakan) bersama mertua, tolong kami agar bisa kembali memiliki rumah," harapnya.
Sekretaris Desa Rajawetan, Kasmo, menjelaskan awalnya rumah yang rusak ada 49. Karena masih terus terjadi pergerakan tanah hingga beberapa hari, jumlahnya bertambah mencapai 74 rumah.
"Dari 74 rumah yang rusak, yang rusak parah sampai ambruk ada 29 rumah, sedangkan lainnya rusak ringan. Saya sudah melaporkan ke pemerintah Kabupaten Brebes," ujarnya.
Bencana tanah bergerak di desa itu mulai terjadi pada Rabu 21 Februari 2018 malam. Hingga beberapa hari pergerakan tanah terjadi.
Bupati Brebes Hj Idza Priyanti SE MH menuturkan, Pemkab telah menaruh perhatian penuh, termasuk dengan menggelontorkan bantuan lewat instansi terkait dan menyalurkan bantuan dari berbagai pihak yang peduli pada bencana Brebes.
"Ayo bangkit, kita songsong masa depan yang lebih baik," ajak Bupati saat menyalurkan bantuan kepada warga desa Rajawetan, di Madrasah Diniyah, Senin 12 Maret 2018.
Idza mengaku prihatin dengan bencana yang bertubi rubi melanda Brebes. Apalagi dengan banyaknya korban yang jatuh. Namun demikian sebagai manusia yang beriman tidak boleh patah arang, kita harus bangkit.
 Idza yakin, di balik musibah pasti ada hikmah. Musibah juga tidak akan terjadi terus menerus. Badai pasti akan berlalu.