Mohon tunggu...
Aris Prasetiyanto
Aris Prasetiyanto Mohon Tunggu... -

-Khalifah Fil Ard\r\n-Mahasiswa\r\n-Motivator\r\n-Pendidik\r\n-Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rasa Syukur = Rasa Cinta

10 Juni 2013   09:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:16 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1370830191273896519

Rasa Syukur = Rasa Cinta

Jalan terbaik untuk meraih kenikmatan selanjutnya adalah dengan cara mensyukurinya(QS 14:7). Batas tipis antara nikmat yang diberikan adalah pernyataan syukur dan kufur. Jika kita mendapat nikmat lalu kita diam tapi tetap menganggap bahwa nikmat tersebut datangnya dari Allah maka pada kasus tersebut kita tetap termasuk dalam kategori orang yang kufur. Mungkinkah dengan demikian banyak sekali hamba Allah yang terjerumus dalam jurang kekufuran? Lalu kenapa manusia sulit mengucap syukur?

Dalam sebuah cerita yang dipopulerkan guru-guru SD, barangkali kita pernah mendengar cerita seorang anak kecil dengan malaikat. Suatu malam anak kecil bermimpi pergi ke surga bersama malaikat. Malaikat mengajaknya mengunjungi tiga ruangan. Ruangan pertama disebut Seksi Penerimaan, ruang kedua disebut Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Di ruang pertama terlihat banyak sekali malaikat yang sedang sibuk memilah-milah seluruh permohonan manusia kepada Allah, di ruang kedua juga tak kalah sibuknya, para malaikat lalu-lalang sibuk memproses permohonan do’a lalu mengisi paket hadiah yang berisi do’a-do’a yang terkabul untuk dikirimkan kepada hamba-Nya. Anak itu kemudian melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan di sana, hanya ada satu malaikat yang duduk lesu, hampir tidak melakukan apapun.

“Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih”, kata Malaikat pelan. Dia tampak malu.

“Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan di sini?”, tanya sang anak.

“Menyedihkan”, Malaikat yang bersamanya menghela napas. ” Setelah manusia menerima nikmat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih”.

“Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas nikmat Tuhan?”,

“Sederhana sekali”, jawab Malaikat. “Cukup berkata, “trimakasih Tuhan”.

“Lalu, nikmat apa saja yang perlu kita syukuri”, tanyanya kembali.

Malaikat menjawab, “Jika engkau masih bisa makan, pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari kebanyakan penduduk dunia ini. Juga…Jika engkau bangun pagi dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan … engkau lebih diberkahi dari sekian banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini. Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan … maka engkau termasuk orang yang sangat jarang. Jika engkau masih bisa mencintai … maka engkau termasuk orang yang besar, karena cinta adalah rahmat Tuhan yang tidak didapat dari manapun. Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan.”

“Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu .”

Dari kisah di atas, terlihat kekikiran manusia yang terkesan pelit mengucap syukur, padahal ucapan syukur itu sesungguhnya tidak sulit. Kita lupa begitu banyak nikmat Allah yang masih melekat kuat dan berfungsi hebat. Ada satu hal lagi yang mungkin lupa kita syukuri, manusia lebih sering mensyukuri dalam wujud benda atau materi, padahal syukur itu bukanlah sedangkal itu, sebab syukur sejati ada di rasa. Artinya kita punya alat yang bisa merasakan kehadiran suatu benda(penglihatan, perasaan, penciuman dll).

Jika belum meraih apa yang diinginkan, lihatlah posisi di bawahmu, kembangkanlah berfikir positif. Merasakan daya postif merupakan 'medan magnet' yang dapat menarik kita agar dapat merasakan nikmat syukur yang sesungguhnya. Nikmat syukur yang dimaksud tidak hanya sekedar terucap di lisan tapi benar-benar terasa merasuk ke dalam relung jiwa sehingga dampak terhadap kehidupan kita adalah merasakan ketenangan dan memunculkan kekuatan. Erbe Sentanu(penulis buku Quantum Ikhlas) enam tahun perjalanan menikah belum dikaruniai anak, dalam konsultasinya dengan seorang dokter diketahui bahwa kekuatan spermanya 0%, dokter kemudian memastikan bahwa ia tak dapat memiliki keturunan. Perasaan sedih spontan menyelimuti perasaan, namun hebatnya ia tak lama larut dalam suasana sedih, ia kemudian dapat menerima kenyataan tersebut sebab semua yang datang dari Allah pasti baik adanya. Bersyukur dan ikhlaspun menjadi senjata andalan, kata Alhamdulillah yang ia ucapkan memberikan ketenangan dan kekuatan. dalam pandangan postifnya Ia percaya bahwa jika Allah turun tangan tiada yang sulit untuk membuat perubahan. Tak lama setelah itu ia pun dikaruniai anak. Dengan demikian, saya kira kita sepakat bahwa di dalam rasa syukur terkandung rasa cinta terhadap yang kita punya, akibatnya bentuk penerimaan atas apa yang terjadi berbuah pada kesenangan, dan rasa syukur itu menjelma menjadi rasa cinta kepada dzat yang hakiki.

Oleh Sukses Mohammas Aris

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun