Seorang nenek yang memiliki seorang cucu wanita bernama Somiya mulai gelisah saat menyadari bahwa akan tiba masanya Somiya meninggalkannya sendirian. Jika telah menikah, Somiya akan pergi mengikuti suaminya yang tinggal di tempat lain.
Menyadari hal tersebut, sang nenek kemudian memiliki ide agar saat dewasa nanti Somiya dapat menikah dengan anak angkat laki-laki si nenek yang bernama Bayinbulag. Bayinbluga adalah anak angkat si nenek yang dipelihara sejak kanak-kanak, bersama-sama dengan Somiya, setelah ibunya meninggal dan ayahnya pindah ke kota besar untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Tanpa kabar, ternyata baru tiga tahun kemudian Bayinbulag kembali ke tempat dia dibesarkan untuk bertemu sang nenek dan Somiya. Ia kembali bukan sebagai seorang ahli peternakan seperti tujuan awal tetapi sebagai seorang musisi yang baru menyelesaikan pendidikan di sekolah musik. Dengan penuh kegembiraan Bayinbulag menyampaikan niatnya untuk menikahi Somiya dan mengemukakan pula bahwa niatnya telah mendaptakan restu dari ayah kandungnya.
Permasalahan kemudian muncul ketika Bayinbulag mengetahui ternyata Somiya sedang mengandung beberapa bulan akibat disetubuhi oleh seorang preman di kawasan padang rumput tempat tinggal si nenek dan Somiya. Kecewa dan marah dengan kenyataan yang dihadapi, Bayinbulag pun kembali ke kota dan melanjutkan pendidikan musiknya.
Setelah lebih dari 12 tahun di kota besar dan menyelesaikan pendidikan musik serta sukses menjadi musisi terkenal, Bayinbulag ternyata merasa belum menemukan kebahagiaan yang sejati. Bayinbulag belum bisa melupakan Somiya yang dicintainya dan karenanya berkeinginan untuk kembali ke padang rumput untuk menjumpai Somiya.
Setelah mencari beberapa waktu, Bayinbulag berhasil menjumpai Somiya yang telah memiliki 5 orang anak, hasil pernikahannya dengan seorang peternak setempat, yang juga teman main Bayinbulag semasa kanak-kanak. Sempat mempertanyakan kenapa Somiya justru memilih orang lain sebagai suaminya, Bayinbulag pada akhirnya dapat menerima kenyataan bahwa Somiya bukan jodohnya dan semua hal tersebut terjadi karena kesalahannya juga. Selama 12 tahun Bayinbulag tidak pernah mengirimkan kabar apapun, sementara Somiya yang tidak mengetahui keberadaan Bayinbulag tidak dapat hidup sendirian di padang rumput luas yang keras setelah sang nenek meninggal dunia, dua tahun setelah kepergian Bayinbulag. Apalagi saat itu Somiya juga harus membesarkan anak pertamanya, hasil persetubuhan paksa dengan preman setempat, yang masih balita.
Bayinbulag akhirnya juga dapat menerima kenyataan bahwa anak pertama Somiya ternyata kehilangan figur seorang ayah dan mendapatkannya dalam sosok Bayinbulag. Somiya menceritakan bahwa suaminya tidak menyukai si anak pertma karena bukan anak kandungnya dan karenanya kerap diperlakukan kasar. Untuk itu Somiya terpaksa berbohong kepada anak sulungnya bahwa ayah kandungnya adalah seorang musisi yang suatu saat akan datang menjemputnya dengan menunggang kuda hitam.

Demikian cerita singkat dari film Mongolian Tale produksi Beijing Youth Film and Media Asia Films yang diputar di Cinema XXX Plaza FX Senayan tanggal 21 Mei 2016 guna mengawali rangkaian pemutaran film Tiongkok di Jakarta yang diselenggarakan atas kerja sama Kedutaan Besar Tiongkok di Jakarta, Pusat Film Negara (PFN) dan Red White Company.
Film ini diisutradara langsung oleh Prof. Xie Fei, seorang sineas kawakan dan professor perfilman asal Tiongkok yang telah menyutradarai berbagai film apik yang memenangi berbagai penghargaan internasional. Film Mongolian Tale sendiri adalah film produksi tahun 1995 yang meraih penghargaan dalam Motreal World Fim Festival berupa penghargaan sutradara terbaik untuk Xie Fei dan musik terbaik untuk Tengger (musisi asal Mongolia yang membuat soundtrack film ini dan berperan sebagai Bayinbulag dewasa). Cerita film ini sendiri diadopsi dari novel karya Zhang Chengzhi yang berjudul Black Seed (Zhang Chengzhi dalam film ini juga terlibat langsung sebagai penulis cerita).