Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bisnis Membersihkan Mobil ala Kaki Lima di Beijing

22 Maret 2015   08:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:18 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14269955011372935929

[caption id="attachment_356824" align="aligncenter" width="560" caption="Liu Fei sedang bersiap membersihkan bagian dalam mobil / Foto dokpri"][/caption]

Di tengah semakin meningkatnya penggunaan mobil di berbagai kota besar di Tiongkok, jasa cuci mobil menggunakan mesin menjadi pilihan menarik bagi pemilik mobil saat ingin mencuci kendaraannya. Keterbatasan waktu dan kelengkapan mencuci mobil serta keengganan untuk berbasah dan berkotor ria saat mencuci mobil menjadi alasan utama bagi para pemilik mobil yang ingin kendaraannya kelihatan kinclong. Tidak heran jika bisnis cuci mobil menggunakan mesin atau cuci mobil otomatis pun menjadi bisnis yang menjanjikan.

Tapi bagaimana jika kita tidak memiliki cukup modal untuk membuka bisnis cuci mobil otomatis? Mudah saja, kita bisa membuka bisnis sampingannya, yaitu jasa lap mobil seperti yang dilakukan Liu Fei dan kedua rekannya. Ia membuka bisnis jasa lap atau membersihkan mobil kaki lima di halaman parkir sebuah pom bensin di kawasan Wangjing, Beijing yang menyediakan jasa cuci mobil otomatis dan gratis bagi para pengemudi mobil yang berkunjung ke pom bensin tersebut. Pengelola pom bensin tidak mengenakan biaya apa pun untuk pencucian mobil, termasuk tidak ada kewajiban untuk mengisi bensin.

Bermodalkan beberapa lap halus menyerupai handuk, vacuum cleaner, dan mesin cuci dua tabung, Liu Fei menawarkan jasa mengeringkan mobil kepada para pengemudi yang baru saja mencuci mobilnya dari mesin cuci mobil di pom bensin. Mobil yang baru keluar dari mesin cuci mobil memang bersih dan tampak mengkilap, namun karena belum dikeringkan maka masih basah kuyup dan memungkinkan kotoran atau debu melekat kembali. Belum lagi bagian dalam mobil perlu dibersihkan pula. Untuk itu lap halus diperlukan untuk mengeringkan bagian luar mobil, sedangkan vacuum cleaner dibutuhkan untuk menyedot debu di bagian dalam. Sementara mesin cuci digunakan untuk mencuci lap-lap yang kotor agar bersih kembali dan siap digunakan untuk mengeringkan mobil.

Sebagai biaya atas jasanya mengeringkan mobil dan membersihkan bagian dalamnya, Liu Fei dkk mengenakan tarif 15 yuan (sekitar Rp. 30.000) untuk setiap mobil. Jumlah ini jauh lebih murah daripada membersihkan mobil di mesin cuci otomatis berbayar yang biasanya mengenakan bayaran sebesar 40-80 yuan (tergantung bentuk jasa cuci mobil yang diberikan).

Untuk menjalankan bisnisnya, Liu Fei cukup meminta ijin pengelola pom bensin dan membayar biaya listrik sekedarnya untuk menyalakan vacuum cleaner dan menghidupkan mesin cuci (ia tidak menyebutkan berapa mesti membayar uang listrik).

Dari pengamatan saya secara sepintas selama menunggu kendaraan dibersihkan oleh Liu Fei dkk, dari sekitar 10 kendaraan yang keluar dari mesin cuci mobil otomatis, ada sekitar 2 pemilik kendaraan yang memanfaatkan jasa Liu Fei dkk, sementara 8 pemilik kendaraan lainnya, khususnya sopir taksi, lebih memilih membersihkan sendiri mobilnya. Hal itu berarti ada sekitar 20 persen pemilik mobil yang menggunakan jasa membersihkan mobil dari Liu Fei dkk.

Dan dengan melihat antrian mobil yang begitu panjang ke mesin pencuci mobil gratisan, maka usaha membersihkan mobil merupakan bisnis yang menjanjikan. Liu Fei mengaku bahwa setidaknya dalam sehari, khususnya hari libur, ia dan kawan-kawannya bisa mendapatkan uang sekitar 500-750 yuan (sekitar Rp 1-1,5 juta) atau sekitar 200-250 yuan per orang. Jumlah penghasilan yang cukup lumayan untuk sekedar jasa membersihkan mobil.

Di Indonesia, model bisnis membersihkan mobil yang digunakan Liu Fei dkk mungkin belum bisa diterapkan, karena setahu saya belum ada pengelola pom bensin yang memberikan jasa cuci mobil otomatis dan gratis. Yang saya tahu, layanan gratis yang diberikan pengelola pom bensin baru berupa jasa membersihkan kaca mobil bagian depan dan penyediaan tempat ibadah serta toilet. Tapi meskipun model bisnis membersihkan mobil dari Liu Fei dkk tidak bisa langsung ditiru, namun selalu ada pelajaran yang bisa dipetik, yaitu untuk memulai bisnis, seseorang tidak harus menunggu hingga memiliki modal besar, beberapa lembar kain lap sudah cukup untuk memulai suatu bisnis. Yang diperlukan justru adalah kemauan dan usaha.

Berbekal kemauan dan usaha inilah juga yang digunakan beberapa warga Beijing lainnya yang membuka jasa cucian mobil manual hanya bermodalkan selembar kain lap dan seember air untuk membersihkan sebuah mobil. Lokasinya pun cukup dengan memanfaatkan pinggir ruas jalan dan biasanya dekat dengan kran air umum.

Pemandangan bisnis membersihkan mobil kaki lima di pinggir jalan kerap saya saksikan di beberapa pinggir ruas jalan tertentu di mana beberapa orang pria dan wanita separuh baya tengah membersihkan kendaraan, kebanyakan adalah taksi. Dari percakapan dengan seorang taksi diketahui bahwa biaya yang dikenakan untuk mencuci mobil berkisar 20 yuan. Menurut sopir taksi, meski bagian dalam mobil tidak dibersihkan menggunakan vacuum cleaner, tapi secara keseluruhan mobil menjadi bersih dan yang penting bagian luarnya menjadi kinclong kembali.

Dari Liu Fei dkk sekali lagi saya memahami bahwa bisnis tidak selalu dimulai dengan modal besar atau mencukupi. Saya pun kemudian teringat perkataan Almarhum Bob Sadino bahwa bisnis adalah “doing” bukan hanya “thinking”, bisnis harus langsung dilakukan bukan hanya dipikirkan. “Bisnis yang memiliki prospek adalah bisnis yang tidak hanya ditanyakan saja tetapi dibuka”.

Tidak adanya modal atau modal minim bukan hambatan untuk memulai bisnis. Lagi-lagi saya teringat perkataan dari Bob Sadino yang pernah menawar dengkul seseorang sebesar Rp. 500 juta, sehingga dua dengkul menjadi Rp. 1 milyar. Bob Sadino tentu saja hanya berkelakar dengan tawarannya, ia hanya ingin menekankan bahwa seseorang tidak perlu khawatir dengan modal terlebih dahulu saat hendak membuka usaha, tapi dijalankan dulu dengan seberapa pun modal dan sumber daya yang dimiliki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun