Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Penulis, Pemerhati hubungan internasional, sosial budaya, kuliner, travel, film dan olahraga

Pemerhati hubungan internasional, penulis buku Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. http://kompasiana.com/arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pejabat Indonesia Tirulah Kebiasaan Membaca Presiden Prabowo Subianto

26 September 2025   06:00 Diperbarui: 26 September 2025   00:39 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Prabowo Subianto saat berkunjung ke toko buku di luar negerri, Summer: ceritabaik.com


Hadir dan berpidato di Sidang Majelis Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU ke-80 PBB) Presiden RI Subianto Prabowo tampil percaya diri menyampaikan posisi Indonesia selama 20 menit. Ia berpidato dengan bahasa Inggris yang bagus dan sesekali menggebrak podium seperti biasa dilakukannya. Selain kemampuan berpidato, yang tidak kalah penting adalah substansi pidato yang disampaikannya.

Dalam pidato selama sekitar 20 menit, Prabowo menyampaikan banyak hal seperti kesetaraan dengan menyinggung Deklarasi Deklarasi Kemerdekaan AS dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

Ia pun menyinggung sejarah kelahiran PBB dan perannya dalam menjamin perdamaian, keamanan, keadilan, dan kebebasan bagi semua.

Tidak lupa soal Palestina dan solusi dua negara disinggungnya dengan mengaitkannya pada doktrin Thucydides yang berbunyi "Yang kuat melakukan apa yang mereka bisa, yang lemah menderita apa yang harus mereka tanggung."

Ia pun menolak pandangan Donald Trump yang mengatakan perubahan iklim adalah hoaks dengan memberikan fakta bahwa perubahan iklim telah menyebabkan permukaan laut terus naik 5 sentimeter setiap tahun. Sehingga terpaksa membangun tembok laut raksasa sepanjang 480 kilometer. Tidak lupa ia menyebutkan komitmen Indonesia terhadap Paris Agremement 2015 tentang perubahan iklim, dimana AS menarik diri.

Dengan spektrum substansi pidato yang sedemikian luas, maka kita tidak bisa mengatakan bahwa Prabowo tidak membaca berbagai buku dan referensi terlebih dahulu sebelum menyusun pidatonya dibantu staf.

Bicara soal membaca buku, jangan samakan Prabowo dengan pejabat yang mengaku hanya gemar membaca komik. Spektrum bacaannya luas, mulai dari ekonomi. politik, sosial budaya hingga olahraga. Jangan lupa, Presiden Prabowo adalah anak seorang Begawan Ekonomi dan juga Professor yaitu Professor Sumitro Djojohadikusumo. Yang tentu saja banyak membaca buku.

Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera pada Mei 2024, Prabowo menceritakan bahwa membaca baginya ibarat membuka pintu ke berbagai penjuru dunia. "Sejak kecil saya sudah gemar membaca. Meski hidup kami sederhana, buku adalah kebutuhan," ujarnya.

Karena itu, tak mengherankan jika di Hambalang ia memiliki perpustakaan pribadi dengan ribuan koleksi buku, mulai dari sejarah, politik, hingga genre lain yang memperluas wawasannya. Tradisi ini seolah meneruskan jejak para tokoh besar Indonesia, seperti BJ Habibie dan Susilo Bambang Yudhoyono, yang juga dikenal memiliki perpustakaan pribadi yang mengesankan.

Kecintaan Prabowo pada buku juga kerap diceritakan oleh orang-orang terdekat. Dahnil Anzar Simanjuntak, misalnya, pernah menggambarkan kebiasaan unik Prabowo setiap kali bepergian ke luar negeri. Ia selalu membawa koper kosong, bukan untuk belanja barang mewah, melainkan agar dapat kembali dengan bawaan penuh buku.
]
Kebiasaan itu ternyata sudah mengakar sejak masa mudanya sebagai prajurit. Mantan Menteri Penerangan Yunus Yosfiah pernah terkejut ketika melihat isi tas tempur Prabowo yang lebih banyak berisi buku-buku sejarah dan majalah The Economist ketimbang perlengkapan lain. "Dia berbeda dari yang lain. Di saat istirahat, dia memilih membaca," ujar Yunus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun