Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Penulis, Pemerhati hubungan internasional, sosial budaya, kuliner, travel, film dan olahraga

Pemerhati hubungan internasional, penulis buku Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. http://kompasiana.com/arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Sukses Nova Widiyanto Mengukir Sejarah Badminton di Malaysia

2 September 2025   08:10 Diperbarui: 2 September 2025   08:10 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nova Widiyanto sunber Malaynews

Status media sosial Mohammad Ahsan, pebulutangkis ganda putra Indonesia, di Facebook beberapa hari lalu menarik perhatian saya. Ia memberi selamat kepada pasangan ganda campuran Chen Tang Jie/Toh Ee Wei, yang baru saja mencetak sejarah menjadi juara dunia ganda campuran pertama bagi Malaysia. Indonesia pulang tanpa gelar s2atu pun, bahkan tanpa oemaib yang tampil di final.

Namun, ucapan selamat itu bukan sekadar basa-basi. Ada pesan penting yang terselip: keberhasilan pasangan Malaysia ini tak lepas dari sentuhan seorang putra Indonesia, Nova Widianto.

Menurut Ahsan, keberhasilan pasangan Chen Tang Jie/Toh Ee Wei tidak terlepas dari peran vital Nova Widianto, legenda bulutangkis Indonesia yang memilih meninggalkan tanah air untuk melatih tim Malaysia. 

Nama Nova tentu tidak asing di telinga pencinta bulutangkis tanah air. Bersama Liliyana Natsir, ia pernah merajai panggung dunia pada era 2000-an. Nova dikenal bukan hanya sebagai pemain yang cerdas, tetapi juga sebagai sosok yang mampu membaca permainan dengan jeli. 

Ketika memutuskan banting setir menjadi pelatih, banyak yang percaya ia akan menjadi aset berharga bagi regenerasi bulutangkis Indonesia, khususnya di sektor ganda campuran.

Namun, sejarah berkata lain. Alih-alih diberi ruang maksimal di dalam negeri, Nova justru mengambil keputusan besar yaitu menerima tawaran melatih tim Malaysia. 

Keputusan yang sempat mengundang tanda tanya, kini terjawab manis dengan sebuah gelar juara dunia yang bahkan belum pernah dicicipi Malaysia sebelumnya di sektor ganda campuran.

Bagi Malaysia, Nova adalah sebuah paket lengkap. Ia datang dengan pengetahuan, pengalaman, dan filosofi yang terbukti mampu mengangkat permainan murid-muridnya ke level tertinggi. 

Sementara bagi Indonesia, kepergian Nova adalah pengingat, bahwa talenta, betapapun hebatnya, akan memilih pergi jika tidak diberi ruang tumbuh.

Di sinilah letak ironi yang disorot Ahsan. Indonesia dikenal sebagai gudang talenta bulutangkis dunia, tetapi bagaimana mengelola dan menghargai sumber daya itu sering kali menjadi persoalan klasik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun