"Potonge ojo gedi-gedi, mengko sing liyo ora keduman (memotongnya jangan besar-besar, nanti yang lain tidak kebagian)," ujar seorang ibu sambil menimbang-nimbang potongan daging sapi.
"Ora opo-opo, ben marem entukke (tidak apa-apa, biar yang dapat puas)," jawab ibu lain sambil tersenyum lebar.
Dialog di atas mungkin terdengar seperti percakapan biasa di sebuah desa di Jawa Tengah atau Jawa Timur. Tapi Anda keliru jika mengira demikian. Percakapan tersebut terjadi di Tawau, Sabah, Malaysia. Tawau adalah kota terbesar ketiga di Sabah, setelah Kota Kinabalu dan Sandakan.
Di Tawau terdapat berbagai komunitas perantau asal Indonesia, salah satunya adalah komunitas masyarakat Jawa yang telah puluhan tahun bermukim di Sabah, Malaysia, namun masih teguh memelihara identitas dan tradisi asal mereka.
Sejak seusai sholat Idul Adha, Â di Tawau jatuh pada Sabtu 7 Juni 2025, mereka berkumpul di halaman sebuah rumah panggung di Jalan Kelapa, Tawau. Lima buah tenda biru didirikan di halaman untuk berteduh mereka yang bertugas selama proses pemotongan hewan kurban dan warga lainnya yang hadir untuk menyaksikan proses pemotongan dan pembagian hewan kurban.
Para pria tampak bersiap untuk bergotong royong menyembelih hewan kurban dan memotong bagian-bagian hewan kurban. Sementara ibu-ibu siap membantu memotong daging sesuai dengan besaran yang disepakati dan memasukkannya ke kantong-kantong plastik.
Di dapur rumah, asap mengepul dari panci untuk menanak nasi dan merebus lontong ataupun dari wajan besar tempat memasak sayur nangka dan menggoreng empal daging, tempe dan tahu. Â Masakan khas kampung halaman tersebut disiapkan untuk makan siang. Sementara di atas meja terhidang minuman seperti teh dan kopi serta jajanan seperti gemblong, wingko, tahu isi, tempe goreng dan buah-buahan seperti semangka, anggur dan pisang.
Di sudut kiri dan kanan halaman masing-masing ditambatkan seekor sapi hitam berukuran sekitar 400-600 kg. Satu ekor sapi merupakan hewan kurban dari Kepala Perwakilan RI dan Staf Konsulat RI Tawau. Sedangkan satu ekor lainnya merupakan hewan kurban dari Hamba Allah yang tidak ingin disebutkan namanya.
"Sekarang sudah hampir pukul 10, mari kita mulai proses pemotongan hewan kurban agar tidak terlalu siang. Kebetulan tukang jagalnya sudah hadir," ujar seseorang yang menjadi pimpinan kegiatan pemotongan dan pembagian daging hewan kurban.
Acara pun kemudian dimulai dengan penyerahan hewan kurban dari perwakilan shohibul qurban (orang yang melakukan ibadah qurban) kepada kepada panitia pemotongan hewan kurban. Penyerahan dilakukan secara simbolis dengan memberikan ujung tambang yang dikalungkan ke leher hewan yang akan dikurbankan.