Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Penulis, Pemerhati hubungan internasional, sosial budaya, kuliner, travel, film dan olahraga

Pemerhati hubungan internasional, penulis buku Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. http://kompasiana.com/arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Cerita Tentang "Tamu" yang Menjadi Nadi Kehidupan di Bandar Tawau

28 April 2025   06:00 Diperbarui: 28 April 2025   11:02 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di TamU Ahad Sabindo, SUmber gambar: Dokpri Aris Heru Utomo

Salah satu kegiatan akhir pekan yang sering saya lakukan di Tawau adalah menemani istri belanja ke Tamu Ahad Sabindo (TAS) di Jalan Habib Sheikh, Bandar Tawau, Sabah, Malaysia. TAS adalah pasar mingguan, yang sesuai namanya digelar seminggu sekali setiap hari Minggu mulai pukul 6 pagi hingga tengah hari, biasanya sekitar pukul 11 siang.

TAS sendiri adalah salah satu Tamu yang berada di Sabah, yang tersebar mulai dari kota-kota di Pantai Barat Sabah seperti Belud dan Kota Kinabalu hingga Pantai Timur Sabah seperti Tawau,

Meski digelar setiap hari Minggu dalam bentuk pasar, namun Tamu bukan sekadar pasar, ia adalah tempat bertemunya budaya, komoditi, dan kisah kehidupan. Hal ini terjadi karena setiap akhir pekan, warga dari berbagai pelosok datang untuk berjualan di bawah tenda dengan suasana penuh tawa dan semangat jual-beli kekeluargaan yang sangat terasa.

Di bawah tenda, percakapan antara sesama pedagang ataupun pedagang dengan pembeli bercampur baur dan terdengar bersahut-sahutan, Melayu Sabah, Bugis, Cina Hakka, hingga Bajau.

Sambil menawar harga, orang-orang bertukar kabar, berbagi cerita tentang keluarga, tentang musim panen, atau tentang hasil tangkapan di laut minggu ini.

Suara riuh pedagang yang memanggil calon pembeli beriringan dengan suara sekelompok pengamen di setiap perempatan. Ada pengamen yang menunjukkan kebolehannya memainkan alat musik rebana dan menyanyikan lagu Islami. Ada pula yang berkaraoke menyanyikan lagu pop Malaysia dan Indonesia atau dangdut. Suaranya mengalun, menambah suasana pasar jadi semakin hidup.

Lazimnya sebuah pasar, aneka barang dagangan pun dijajakan di Tamu, seperti sayur mayur, buah-buahan, ikan segar dan asin, gula, telor, beras, kopi, perkakas dapur, pakaian, aneka tanaman bunga dan buah. Bahkan di Tamu dijual pula perangkat elektronik dan aneka hewan peliharaan seperti ikan hias, kelinci, burung ataupun ayam.

Para pedagang menggelar barang dagangannya di bawah tenda dan di atas meja ataupun terpal yang digelar di atas jalan aspal. Barang dagangan yang dijajakan seringkali hanya seadanya, seperti beberapa ikat sayur mayur atau buah-buah. Barang dagangan yang sepertinya diperoleh dari panen di kebunnya, yang mungkin hanya berupa pekarangan rumah.

Di tenda lain, ada pedagang tanaman yang hanya menjual beberapa batang pohon anggrek atau bibit durian yang menurutnya merupakan pohon yang ditanam di halaman rumahnya.

Tentu saja tidak semua pedagang hanya menjual barang hasil kebunnya atau barang dagangan seadanya. Banyak pula yang merupakan pedagang sungguhan, yang di hari-hari lain berdagang di pasar untuk menjual ikan segar dan asin, sayur mayur, gula dan barang dagangan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun