Bulan Ramadhan adalah waktu yang penuh berkah dan kebersamaan bagi umat Muslim. Setiap hari umat Muslim melakukan berbagai kegiatan istimewa selama satu bulan penuh, mulai dari sahur bersama keluarga, berbuka puasa, hingga beribadah di masjid, termasuk melaksanakan ibadah sholat Jumat.
Di Tawau, Malaysia, umat Islam menunaikan shalat Jumat berjamaah di berbagai masjid yang tersebar dimana-mana, salah satunya adalah Masjid Waqaff Ahmad Daing Mapata atau yang dikenal sebagai Masjid Bandar Tawau (Lama) yang terletak di Pusat Bandar Tawau. Masjid Bandar yang sangat dikenal oleh penduduk kota ini merupakan masjid tertua di Tawau.
Masjid ini didirikan di atas tanah waqaf seluas 2 hektar milik Tuan Ahmad Daing Mapata dan mulai dibangun pada tahun 1962 serta diresmikan pada pada 10 Zulhijjah 1382 H bertepatan dengan Hari Raya Haji atau 4 Mei 1963.
Seperti petikan berita di surat kabar Berita Harian (Singapura), orang yang paling bergembira dengan diresmikannya Masjid Bandar adalah Tuan Ahmad Daing Mapata karena cita-citanya untuk mendirikan sebuah rumah ibadah (masjid) terlaksana. Berikut petikan beritanya:
Tidak ada orang yang paling gembira hari ini sa-lain dari Tuan Ahmad Daing Mapata, sa-orang orang kaya di-bandar Tawau.
Kegembiraan tersebut terjalin bila chita-chita selama enam tahun terchapai. Apakah chita-chita Tuan Ahmad Daing Mapata? Chita-chitanya ialah hendak mendirikan sa-buah rumah ibadah (masjid).
Tetapi sekarang setelah enam tahun berlalu chita-chita Tuan Ahmad Daing Mapata terchapai. Berdirilah sa-buah masjid yang di-berikan nama Masjid Waqaff Ahmad Daing Mapata yang telah menelan biaya sa-jumlah $100,000.00.
Jika pada awalnya masjid berlantai dua ini dapat menampung sekitar 500 orang jamaah, Namun setelah direnovasi dan ditambahkan kanopi, kini Masjid Bandar dapat menampung sekitar 600 orang jamaah.
Di masjid tertua di Tawau inilah penulis melaksanakan shalat Jumat pertama pada bulan suci Ramadhan 1446 H, Jumat 7 Maret 2025. Selain untuk menunaikan shalat Jumat, penulis juga ingin mengetahui masjid ini lebih jauh. Oleh karena itu, penulis sengaja datang lebih awal sekitar pukul 11 agar bisa mengeskplore lebih banyak suasana masjid dan agar bisa lebih bebas memilih tempat duduk yang tidak jauh dari imam.
Dari luar, tampak masjid ini dibangun dengan desain klasik dan tradisional yang memamerkan keanggunan arsitektur yang memadukan pilar-pilar modern dengan pesona sejarah, menciptakan suasana yang membangkitkan nostalgia. Terdapat empat pilar dengan kubah kecil di puncaknya, yang mengelilingi sebuah kubah besar berwarna hijau.