Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Penulis, Pemerhati hubungan internasional, sosial budaya, kuliner, travel, film dan olahraga

Pemerhati hubungan internasional, penulis buku Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. http://kompasiana.com/arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

War Takjil di Tawau Siapa Takut

6 Maret 2025   23:55 Diperbarui: 6 Maret 2025   23:55 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu 2 Maret 2025 adalah hari pertama pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan di Tawau, Sabah, Malaysia. Seperti halnya dengan umat Muslim dimana pun berada, puasa Ramadhan disambut dengan gembira oleh warga Tawau. Salah satu tandanya tampak dari ramainya para pedagang makanan menjajakan aneka makanan dalam kegiatan yang disebut bazar Ramadhan.

Di Tawau, bazar Ramadhan tersebar di berbagai tempat seperti di kawasan Fujimart, dekat suparmarket Bataras, kawasan pertokoan Kubota atau pun Sabindo di Bandar Tawau. Puluhan hingga seratusan pedagang berkumpul di lokasi bazar ramadhan tersebut.

Ketika saya berkunjung ke salah satu bazar Ramadhan, tampak berbagai jenis kendaraan roda empat dan dua terparkir berderet-deret. Tidak sedikit di antara kendaraan tersebut bahkan diparkir di taman pembatas ruas jalan.

Di lokasi bazar tampak tenda-tenda biru tempat para pedagang menjajakan aneka makanan kecil atau ringan untuk berbuka puasa yang biasa disebut sebagai takjil, seperti aneka kue basah dan kering, aneka gorengan, martabak telor dan aneka minuman segar yang disebut air balang. Selain makanan kecil, terdapat pula makanan besar untuk makan malam setelah berbuka seperti nasi plus ayam bakar dan ayam goreng, nasi kuning, nasi lemak, steak domba, pizza dan sebagainya.

Menariknya, pembeli jajanan di bazar ramadhan ini bukan hanya warga Muslim, tetapi juga non Muslim seperti tampak dari cara berpakaian dan sosoknya. Dengan santainya para warga non Muslim tersebut, umumnya berasal dari etnis Tionghoa, ikut berbelanja seperti layaknya warga Jakarta melakukan "war takjil", sebuah fenomena yang muncul pertama kali di Jakarta pada tahun 2024.

Namun berbeda dengan war takjil di Jakarta yang heboh hingga ke media sosial, pelaksanaan war takjil di Tawau berlangsung datar, tidak sampai heboh di media sosial. Tidak ada kegiatan nyamar menyamar mengenakan pakaian Muslim atau pun ditanyakan tentang pengetahuan agama Islam seperti yang terdapat dalam postingan warga non MuslimJakarta yang mengikuti war takjil.

Saat warga Muslim Tawau umumnya mengenakan busana Muslim seperti hijab untuk kaum wanita dan peci putih dan berjenggot untuk kaum prianya, maka warga non-Muslim Tawau yang datang ke bazar ramadhan tetap mengenakan pakaian sehari-hari yang mereka kenakan saat keluar rumah, seperti kaos dan celana pendek, termasuk kaum wanitanya. Wanita muda non-Muslim Tawau yang ketika berbelanja mengenakan celana pendek ketat dan memperlihatkan bagian pahanya. Beberapa di antaranya bahkan mengenakan kalung salib besar di dada.

Warga non Muslim Tawau ini, umumnya etnis China seperti tampak dari wajahnya, datang ke bazar ramadhan tidak sendirian. Mereka datang ke bazar ramadhan berombongan, tidak jarang mereka datang bersama keluarga, bapak, ibu, dan anak. Mereka seolah ingin mengatakan "siapa takut mengikuti war takjil, kami datang untuk meramaikan bazar ramadhan".

Oleh karena itu, warga non Muslim ini pun tidak kalah ramai dengan warga Muslim dalam berbelanja. Mereka ikut menyerbu penjual air balang, minuman manis berwarna warni. Mereka pun ikut menyerbu pedagang nasi lemak atau kuning, martabak Jawa dan aneka kue. Saking ramainya pembeli, saya lihat seorang pedagang kue yang membuat kue pancong di tempat, sehingga kuenya masih panas saat dibeli, sudah lebih awal menutup dagangannya karena sudah habis dibeli pembeli.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun