Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apalah Arti Sebuah Nama Dari Shakespeare Hingga Ebiet G Ade

17 Maret 2024   05:46 Diperbarui: 17 Maret 2024   08:31 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena terpukau, si lelaki sampai terguncang saat menyebut nama si perempuan yang dicintai meski mengetahui bahwa si perempuan bukan untuknya. Tapi seperti perkataan "cinta itu buta", maka si lelaki pun tidak peduli, sebab menurutnya cinta bukan mesti bersatu. Ia pun pada akhirnya cukup bahagia bila dapat mencumbui bayangan sang perempuan yang dicintainya dan menyandarkan harapannya.

Akhirnya, berbeda dengan Shakespeare dan Ebiet yang mengaitkan "nama" pada sosok seorang manusia pada umumnya, maka teks Prof. Sabri tentang "nama" justru mengaitkannya dengan sosok manusia istimewa, Rasullulah Muhammad SAW.

Menurut Prof. Sabri dalam lanjutan tulisannya "Nabi saw. acapkali merapalkan sejumlah namanya selain Muhammad, yakni Ahmad (berakar dari kata hamd---"yang  paling dipuji"); al-Mh, "orang yang melaluinya Allah menghapuskan (mahw) kekafiran"; dan al-hsyir, "orang yang di kakinya umat manusia berhimpun di Hari Kiamat".

Ia pun kemudian menambahkan di bagian lain "Muhammad adalah KUN, benih segala "realitas" (kawn-"alam"). Dan secara eksotik Al Quran meneguhkan posisi ontologis Muhammad dalam narasi agung: wa m arsalnka illa rahmatan li al-'lamn: "Dan tidaklah Kami utus engkau (Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh realitas/semesta".

"Muhammad  menjadi 'simpul cinta' seluruh keperiadaan, karena dia adalah KUN, dan segenap realitas-alam (kawn)  adalah FAYAKUN".

Dari perbincangan tentang nama di atas, maka salah satu hal yang dapat digarisbawahi adalah nama seseorang bukan sekadar nama biasa. Bahkan dalam syariat Islam tidak mengenal istilah "Apalah arti sebuah nama?". Sebab nama yang disematkan kepada kita kelak akan menjadi panggilan di akhirat juga.


Oleh karena itu, dalam Islam tidaklah dianjurkan bagi seorang Muslim untuk memberikan nama-nama yang buruk kepada keturunannya. Seperti sabda Rasullullah SAW: "Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian" (HR. Abu Dawud & Al-Baihaqi. Sebagian ulama menilai sanadnya munqathi', Sebagian menilai sanadnya jayyid). (AHU)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun