Banyak yang meyakini, bahwa berada di gunung yang sepi akan mendapatkan ketenangan batin, dan ajang refleksi diri serta merenungkan makna hidup. Sehingga kita lebih bersyukur atas kasih karunia yang telah diberikan oleh Sang Pencipta. Terutama kesehatan dan stamina yang baik pada kami karena masih mampu menjejakkan kaki di puncak Gunung Kembang.
Dari puncak Gunung Kembang, saya melihat kearah bawah. Bisa terlihat walaupun kecil, beberapa pendaki menuruni punggungan gunung. Sebagian sudah berada di area sabana luas. Itu yang dikatakan "kawah mati", pikirku. Dan Gunung Sindoro yang menjulang gagah, menambah cantik panorama pegunungannya.
Ditemani oleh Pak Untung (62), kami berdua pun menuju kesana. (Seperti apa trek turunnya bisa dilihat di video singkat di bawah ini).
Saya sungguh kagum dengan Pak Untung. Usia ternyata tidak mengurangi stamina dan semangatnya menjelajahi gunung. Dengan memakai kaos putih dan memegang trekking pole, medan turun yang cukup menantang terlihat mudah dilaluinya. Sudah beberapa kali kami mendaki gunung bersama. Seperti ke Gunung Prau, Bismo, Telomoyo dan Gunung Merbabu.
Trek dari puncak Gunung Kembang menuju ke "kawah mati" (sabana) berupa tanah cukup curam dan sebagian licin. Jalan menurun ini pun merupakan trek menuju ke basecamp pendakian Gunung Kembang via Blembem.
Di area sabana yang cukup luas, kami berjumpa dengan beberapa orang pendaki. Mereka terlihat sangat menikmati keindahan sabananya. Ada yang berlarian, ada juga yang duduk-duduk di rumput. Sungguh menikmati masa remaja mereka.
Baca juga: Pengalaman Seru Menuruni Gunung Kembang. Disambut Kicau Merdu Burung Liar di Hutan
Menurut legenda yang dipercaya masyarakat lokal, "kawah" ini dinamakan Kawah Bimo Pengkok. Diambil dari nama seorang tokoh dalam kisah pewayangan. Bimo jatuh duduk di tempat ini, sehingga mengakibatkan cekungan dan mengeluarkan mata air. "Kawah mati" yang sekarang ditumbuhi rumput hijau berupa sabana akan terisi air saat musim hujan. Terlebih lagi jika hujan lebat, tempat ini akan berubah menjadi sebuah danau.
Saya sungguh kagum dengan keindahan sabana ini. (Video singkatnya bisa di tonton di akhir artikel). Gunung Sindoro yang sangat dekat, seakan mengamati tiap gerak-gerik kami ketika berada di tempat ini. Seakan turut bahagia ketika kami sedang melikmati keindahan alam ciptaan Tuhan.
Tak terasa waktu pun berjalan dengan cepat, suara panggilan nama saya dari puncak Gunung Kembang, sayup-sayup terdengar. Pertanda tuk segera kembali ke atas. Sudah saatnya untuk turun kembali ke Basecamp Lengkong. Tentunya dengan membawa cerita indah lainnya tentang perjalan turun. Salam lestari dan sehat selalu bagi kita semua.