Pukul 06:00 tepat, solo tektok saya pun dimulai. Dari lokasi parkir, menapaki jalan yang disemen, kemudian berganti dengan jalanan berbatu kecil yang tersusun rapi sampai ke Pintu Rimba.Â
Gapura "Pintu Rimba," merupakan spot foto favorit para pendaki. Mulai dari sini trek berupa tanah padat dan sering dijumpai bebatuan yang cukup besar.
Sekitar pukul 06:24, saya sampai di Pos 1. Di sini ada beberapa muda mudi yang sedang beristirahat. Saya pun duduk sebentar disini.
Jalan santai dari basecamp ke Pos 1 melalui trek yang relatif masih landai, walaupun ada yang sedikit menanjak. Kerap kali berhenti mengambil foto dan video ketika tergoda oleh kecantikan bunga-bunga mekar yang saya temukan di jalur pendakian.
Badan saya masih terasa kaku dan nafas masih agak berat. Ini biasa saya alami ketika memulai melangkahkan kaki dari basecamp. Namun setelah berjalan lebih dari satu jam, biasanya otot-otot kaki dan nafas saya akan terasa ringan.
Setelah otot-otot kaki mulai lentur dan nafas mulai terasa nyaman, pace mendakinya sedikit saya percepat. Beginilah cara mendaki saya di usia yang ke 54. Berusaha peka dengan sinyal tubuh. Kapan harus berjalan lambat, kapan harus berjalan agak cepat dan kapan harus berhenti istirahat.
Saya pun secara berkala berhenti untuk ngemil jajanan dan meneguk minuman sebagai sumber energi yang cepat diserap tubuh, agar kadar gula darah saya tetap stabil.
Singkat cerita, saya sudah sampai di Pos 4, setelah melewati tanjakan Ondo Rante, salah satu tantangan berat di jalur Perantunan.
Puncak pertama yang akan saya tuju adalah Puncak Banteng Raiders atau Tugu Raiders yang berada pada ketinggian 2.050 Mdpl.Â
Sekitar 100 meter dari Pos 4 ada pertigaan dengan petunjuk arah. Tertulis; tanda panah menuju ke Puncak Botak, sedangkan tanda anak panah ke kanan menuju ke Puncak Banteng Raiders.Â