Mohon tunggu...
Aris Armunanto
Aris Armunanto Mohon Tunggu... Penghobi jalan pagi.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur,...(Amsal 17:22).

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Dua Kali Naik Turun Gunung Andong 1.726 Mdpl, Tantangan yang Mengasyikkan

8 Mei 2025   10:02 Diperbarui: 8 Mei 2025   17:56 1613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menuju ke puncak Alap-Alap Gunung Andong (dokumentasi pribadi)

Dua kali naik turun Gunung Andong dalam durasi waktu 5 jam 20 menit, cukup menguras stamina saya. Namun saya sangat puas dan bersyukur kepada Tuhan karena masih bisa melakukannya disaat usia saya sudah mencapai 54 tahun.

Pendakian Gunung Andong naik turun dua kali, via Pendem dan kemudian naik lagi dari gapura Sawit sudah saya lakukan sebelumnya. Pada bulan April kemarin dan di bulan Januari 2024.

Secara keseluruhan, inilah tektok saya yang ke 8 kalinya ke puncak Gunung Andong. Tak pernah merasa bosan. Walaupun cuaca sedang berkabut pun, gunung ini masih mempesona tuk didaki.

Menurut saya, Gunung Andong cocok untuk semua kalangan. Mulai dari anak kecil bahkan sampai usia adiyuswa. Juga untuk pendaki pemula, berpengalaman, maupun bagi mereka yang ingin meningkatkan kemampuan fisiknya, atau untuk pemanasan sebelum mendaki gunung lain yang lebih tinggi.

Berdasarkan pengamatan saya selama 8 kali mendaki Gunung Andong, ada beberapa tipe pendaki gunung ini, yaitu:

1. Pendaki yang ikut-ikutan (FOMO). Mereka mendaki Gunung Andong karena mengikuti tren mendaki gunung. Kelompok ini didominasi oleh para remaja, dan biasanya sering berhenti untuk foto-foto di spot foto yang menarik, kemudian di upload di sosial media mereka.

2. Pendaki Pemula. Mereka ingin merasakan sensasi mendaki gunung. Gunung Andong yang pendek, memiliki jalur pendakian yang relatif aman untuk didaki dan menawarkan pemandangan alam yang indah.

3. Pendaki Sosial. Mereka menyukai aktifitas pendakian sebagai sarana bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain.

4. Pendaki Pengalaman. Tipikal pendaki gunung yang sudah berpengalaman, ia terlihat sangat percaya diri dan tidak meremehkan pendaki lain.

5. Pendaki Pecinta Alam. Mereka konsisten menjaga kebersihan gunung ketika mereka sedang melakukan aktifitas pendakian dan senang berpartisipasi dalam kegiatan konservasi alam.

6. Pendaki Olahraga. Berorientasi pada performa mendaki dan waktu yang dicapai agar sesuai dengan target. Tipe pendaki Gunung Andong seperti ini jarang terlihat berhenti berfoto. Mereka lebih fokus pada trek yang mereka lalui.

7. Pendaki Konten. Mereka mendaki Gunung Andong dengan tujuan untuk konten di sosial media mereka, seperti Youtube, TikTok, Instagram dan lainnya.

8. Pendaki Gunung Cinta Keluarga. Biasanya terdiri dari ayah dan ibu yang membawa anak-anak mereka yang masih kecil. Mereka memilih mendaki Gunung Andong karena medan pendakiannya cukup ramah dan tersedia beberapa warung buat istirahat, bahkan ada beberapa di puncaknya. 

Motivasi utama saya tektok Gunung Andong adalah untuk berolahraga meningkatkan kemampuan fisik, sekaligus healing. Namun tetap menjaga kelestarian dan kebersihan gunung dengan membawa turun sampah. Dan tak kalah pentingnya, mengabadikan kenangan pendakian saya agar bisa dilihat kembali.

Pada hari sabtu pagi (3/5/2025), saya kembali melakukan solo tektok ke Gunung Andong. Pukul 7:15 WIB saya sudah tiba di lokasi parkir Basecamp Andong Jaya. Beralamat di Dsn. Pendem, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Perjalanan dari tempat saya tinggal hanya ditempuh berkendara sekitar 45 menit saja.

Memasuki akhir pekan (weekend) dan libur nasional, dua lokasi parkir di Basecamp Pendem penuh dengan kendaraan pengunjung. Menegaskan bahwa Gunung Andong masih tetap jadi favorit para pendaki.

Setelah registrasi, saya lalu membayar tiket pendakian sebesar Rp. 26.000. Perinciannya; Rp. 15.000 untuk tiket perhutani, Rp. 6.000 untuk pengelolaan sampah dan konservasi dan Rp. 5.000 untuk parkir sepeda motor.

Siapa sih yang tak tergoda buat naik Gunung Andong yang menyuguhkan view menawan dari puncaknya. Trek naiknya tak terjal, hanya sedikit menanjak. Namun tetaplah kamu harus menyiapkan fisik terlebih dahulu, dengan rutin berolahraga agar terhindar dari cidera dan kuat sampai puncak. Bagi kamu yang memiliki stamina prima, pendakian ke puncak Gunung Andong bisa ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam.

Puncak Gunung Andong merupakan salah satu spot cantik para pendaki untuk berburu golden sunrise. Jika cuaca sedang cerah, gunung-gunung lain bisa terlihat jelas, seperti Gunung Merapi, Merbabu, Telomoyo, Sumbing, Sindoro, Prau, dan Gunung Ungaran. Terkadang pendaki disuguhi lautan awan nan mempesona.

Sebelum mulai mendaki, para pendaki biasanya berfoto terlebih dahulu di depan gapura pendakian. Ini adalah spot ikonik Gunung Andong yang tentunya sayang tuk dilewatkan begitu saja. Saya start mendaki dari sini ketika jarum jam sudah menunjukkan pukul 7:35 WIB.

Pendakian Gunung Andong via Basecamp Pendem (dokumentasi pribadi)
Pendakian Gunung Andong via Basecamp Pendem (dokumentasi pribadi)

Solo tektok saya ke puncak Gunung Andong dimulai dengan menapaki jalan paving sedikit menanjak panjang, tentunya segera menaikkan denyut jantung (heart rate) saya. Olahraga naik gunung, jika dilakukan secara teratur akan menyehatkan jantung dan paru-paru dan menguatkan otot-otot tubuh, terutama di bagian kaki.

Di kanan kiri hijaunya ladang sayuran warga desa seakan menyambut para pendaki yang melintas. Sedangkan beberapa petani menuruni ladang sambil menyunggi kol segar dalam keranjang anyaman bambu dengan senyuman riang diwajahnya.

Menoleh jauh kebelakang, Gunung Merbabu dan Merapi tak ketinggalan turut memamerkan kemolekannya.

Akhirnya saya memasuki area yang kanan kirinya ditumbuhi rumpun bambu dengan trek berbatu. Lalu naik terus menembus hutan pinus. Udara sejuk terasa menyentuh kulitku.

Pada dua pendakian sebelumnya, saya bisa mencapai Puncak Alap-Alap dalam waktu kurang dari satu jam. Namun kali ini, saya sengaja sedikit lambat guna menghemat tenaga.

Menuju ke puncak Alap-Alap Gunung Andong (dokumentasi pribadi)
Menuju ke puncak Alap-Alap Gunung Andong (dokumentasi pribadi)

Setelah melewati tiga pos, akhirnya saya sampai di area Batu Pertapaan. Disini merupakan spot foto favorit yang cukup panjang antreannya. 

Pukul 8:44 saya sampai di Puncak Alap-Alap dengan ketinggian 1.692 Mdpl. 1 jam 9 menit waktu tempuh yang saya butuhkan dari basecamp sampai sini.

Puncak Alap-Alap Gunung Andong (dokumentasi pribadi) 
Puncak Alap-Alap Gunung Andong (dokumentasi pribadi) 

Di puncak Alap-Alap ada beberapa tenda dengan beragam warna yang mencolok, cukup membuat suasana terlihat ceria ketika langit sedang berkabut.

Tak lebih dari tiga menit saya beristirahat di Puncak Alap-Alap. Tak ada yang bisa dilihat dari ketinggian, kecuali langit yang berselimut awan putih dan kabut. Beberapa pendaki terlihat sedang mengantri foto di Tugu Alap-Alap.

Kemudian saya melanjutkan perjalanan ke Puncak Andong melewati Jembatan Setan. Namanya terdengar menyeramkan. Namun trek sempit berbatu dengan kanan kiri jurang dalam, jika dilihat dari tempat yang lebih tinggi, spot itu terlihat sangat cantik.

Ketika saya jumpai bongkahan batu yang cukup besar di jalur Jembatan Setan yang sempit, saya pun duduk beristirahat beberapa menit sambil menikmati panorama dibawah. Tiga tempat parkir di Basecamp Pendem dan Sawit terlihat penuh dengan kendaraan bermotor.

Pukul 9:08 saya sampai di Puncak Andong 1.726 Mdpl. Suasana di sini tak jauh berbeda dengan di Puncak Alap-Alap. Beberapa tenda masih berdiri, ada warung juga disini. 

Sebagian pendaki terlihat duduk istirahat di tikar di dekat warung sambil menikmati mie instan rebus plus gorengan dan kopi hangat. Sedangkan yang lain terlihat sabar menunggu antrian makanan yang cukup panjang. 

Dalam perjalanan turun, saya memilih jalur Sawit lama yang cukup lebar. Saya sempat berpapasan dengan seorang perempuan berjalan naik menyunggi jerigen air yang katanya beratnya 14 kg. Belasan kali ia naik turun, mengambil dan membawa air dalam jerigen untuk keperluan warung yang berada di puncak Gunung Andong. Usianya sekitar pertengahan 60 tahun atau mungkin lebih. Staminanya kuat sekali, pikirku.

Seorang wanita membawa jerigen air ke puncak Gunung Andong (dokumentasi pribadi).
Seorang wanita membawa jerigen air ke puncak Gunung Andong (dokumentasi pribadi).

Pendakian Gunung Andong via Sawit ada sumber mata airnya yang bisa digunakan oleh para pendaki maupun untuk keperluan logistik warung. Sumber mata air ini berada di jalur pendakian lama diantara Pos 2 dan Pos 3.

Di jalur pendakian Sawit banyak dijumpai trek berbatu sedangkan via Pendem trek tanah yang dominan. Trek berbatu kurang nyaman di lutut ketika kita turun, sedangkan trek tanah sebagian licin di musim hujan.

Setelah berjalan sekitar 5 km dengan waktu tempuh selama 2 jam 32 menit, saya tiba di gapura pendakian Gunung Andong Taruna Jaya Giri Sawit. Walaupun sudah pukul 10:07, namun tak terasa panas karena cuaca mendung.

Jadi saya sudah separuh jalan. Masih ada satu kali lagi pendakian untuk mencapai target. Menurut saya masih realistis karena saya sudah bisa melakukan itu sebelumnya. 

Pada pendakian bulan April kemarin, saya berjumpa dengan seorang pemuda penghobi olahraga tinju dan mengobrol sebentar. Di akhir pekan, dia biasa empat kali naik turun Gunung Andong untuk meningkatkan staminanya. Saya lupa menanyakan, berapa jam waktu yang dia butuhkan untuk melakukan aktifitas fisik seberat itu.

Saya juga sempat bertemu seorang pendakj tua, lelaki berusia 72 tahun, mendaki Gunung Andong bersama tiga rekannya yang jauh lebih muda. Ia masih terlihat bugar dan masih mampu naik gunung.

Singkat cerita, akhirnya saya bisa menyelesaikan dua kali naik turun Gunung Andong. Jalan 10.66 km dengan waktu tempuh 5 jam 20 menit. Sempat beberapa kali terseok-seok ketika naik yang kedua kalinya dan banyak berhenti istirahat untuk memulihkan stamina.

Sebagai evaluasi, saya jadi tahu bagian otot kaki mana yang perlu di kuatkan, agar performa mendaki saya bisa meningkat. Sehingga pada hiking ke Gunung Andong berikutnya, waktu tempuhnya bisa lebih cepat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun