Solo tektok saya ke puncak Gunung Andong dimulai dengan menapaki jalan paving sedikit menanjak panjang, tentunya segera menaikkan denyut jantung (heart rate) saya. Olahraga naik gunung, jika dilakukan secara teratur akan menyehatkan jantung dan paru-paru dan menguatkan otot-otot tubuh, terutama di bagian kaki.
Di kanan kiri hijaunya ladang sayuran warga desa seakan menyambut para pendaki yang melintas. Sedangkan beberapa petani menuruni ladang sambil menyunggi kol segar dalam keranjang anyaman bambu dengan senyuman riang diwajahnya.
Menoleh jauh kebelakang, Gunung Merbabu dan Merapi tak ketinggalan turut memamerkan kemolekannya.
Akhirnya saya memasuki area yang kanan kirinya ditumbuhi rumpun bambu dengan trek berbatu. Lalu naik terus menembus hutan pinus. Udara sejuk terasa menyentuh kulitku.
Pada dua pendakian sebelumnya, saya bisa mencapai Puncak Alap-Alap dalam waktu kurang dari satu jam. Namun kali ini, saya sengaja sedikit lambat guna menghemat tenaga.
Setelah melewati tiga pos, akhirnya saya sampai di area Batu Pertapaan. Disini merupakan spot foto favorit yang cukup panjang antreannya.Â
Pukul 8:44 saya sampai di Puncak Alap-Alap dengan ketinggian 1.692 Mdpl. 1 jam 9 menit waktu tempuh yang saya butuhkan dari basecamp sampai sini.
Di puncak Alap-Alap ada beberapa tenda dengan beragam warna yang mencolok, cukup membuat suasana terlihat ceria ketika langit sedang berkabut.
Tak lebih dari tiga menit saya beristirahat di Puncak Alap-Alap. Tak ada yang bisa dilihat dari ketinggian, kecuali langit yang berselimut awan putih dan kabut. Beberapa pendaki terlihat sedang mengantri foto di Tugu Alap-Alap.