Orang Sunda kalau menghadapi kata yang mengandung unsur "f/v/p" secara refleks akan diucapkan dengan menggunakan hurup "p".Ini disebabkan dalam bahasa Sunda tidak dikenal konsonan "f/v".Ketika berkomunikasi dengan Bahasa Sunda, maka kata-kata serapan yang mengandung unsur "f/v" harus dirubah menjadi "p".
Namun ketika orang Sunda bertutur dalam Bahasa Indonesia seharusnya menggunakan kaidah Bahasa Indonesia. Tapi, hal ini tampaknya tidak mudah.Dalam keseharian kita akan dapati orang Sunda menukar-nukar penggunaan huruf "f/v/p".Bukan saja dalam komunikasi lisan.Dalam komunikasi tulisanpun sering terjadi.Maka jangan heran ketika melihat tulisan di papan reklame yang berbunyi, "TERIMA SERPIS MOTOR PESVA".
Bagi orang Sunda ini sudah takdir.Kalau ada orang di luar etnis Sunda yang "meledek" tentang "f/v/p" akan dihadapi dengan senyum saja. Dan ini sesungguhnya menjadi bagian dari Bangunan Kekayaan Indonesia Kita. Namun sesungguhnya banyak pula penutur Bahasa Indonesia (di luar etnis Sunda) yang memiliki ciri khasnya yang dirasa janggal jika dilihat oleh etnis lain. Contohnya seperti pengalaman lucu yang pernah Penulis alami ketika berkunjung ke Makassar, seperti pernah ditulis di Kompasiana(http://bahasa.kompasiana.com/2011/12/26/sebentar-kita-telephon-425375.html).
Kalau saya perhatikan, kebingungan dalam menggunakan hurup "f/v/p" sekarang ini sudah "sedikit menular". Bukan saja menimpa orang Sunda. Mungkin karena kaidah Bahasa Indonesia belum tersosialisasi. Bagaimana coba menurut anda : Pakta Integritas atau Fakta Integritas; Propinsi atau Provinsi; Sertipikat Tanah atau Sertifikat Tanah; Februari atau Pebruari.
Ini bukan mencari-cari teman lho... Kalau ada yang bilang orang Sunda tidak bisa bilang "F" itu Pitnah besar. Pusiiiiiing.
Aris Ahmad Risadi - Sunda Tea