Mohon tunggu...
CLAMOR VERITATIS
CLAMOR VERITATIS Mohon Tunggu... PEKIKAN KEBENARAN

Penulis yang percaya bahwa diam adalah kemewahan yang tak bisa selalu dipilih. Disini, saya menulis untuk meneriakkan kebenaran.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bupati Pati Sudewo: Antara Panggung Politik dan Panggung Hukum

16 Agustus 2025   19:00 Diperbarui: 16 Agustus 2025   17:50 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi AI

Kasus yang menimpa Bupati Pati, Sudewo, menjadi sorotan nasional. Isu kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hingga 250%, demonstrasi besar-besaran, proses hak angket DPRD, teguran keras dari Partai Gerindra, hingga pengembalian uang Rp 720 juta terkait kasus dugaan korupsi di Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA), Kemenhub, menciptakan pusaran masalah multidimensi. Situasi ini bukan hanya menjadi persoalan politik lokal, tetapi juga persoalan hukum nasional. 

Artikel ini akan mengurai persoalan dari dua kacamata: pendapat politik dan pendapat hukum.

I. Pendapat Politik

Krisis Legitimasi di Tingkat Lokal

Keputusan menaikkan PBB hingga 250% telah memicu gelombang penolakan warga. Kebijakan yang dianggap tidak sensitif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat menimbulkan pertanyaan besar mengenai keberpihakan pemimpin daerah. Secara politik, tindakan ini dapat dipandang sebagai krisis legitimasi. 

Ribuan warga turun ke jalan bukan hanya menolak kebijakan, tetapi juga menyuarakan krisis kepercayaan terhadap kepemimpinan Sudewo. Dalam teori politik, legitimasi bukan hanya lahir dari hasil pemilu, tetapi juga dari penerimaan sosial terhadap kebijakan publik. Ketika masyarakat menolak, legitimasi pemimpin terkikis.

Hak Angket: Instrumen Politik atau Jalan Pemakzulan? 

DPRD Pati membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk menyelidiki 12 dugaan pelanggaran. Hak angket dalam politik daerah seringkali menjadi instrumen checks and balances. Namun, dalam praktiknya, hak angket juga bisa digunakan sebagai alat tawar-menawar politik.

Pertanyaan pentingnya: apakah hak angket ini akan berakhir pada pemakzulan, atau hanya sebatas tekanan politik agar Bupati tunduk pada kepentingan tertentu? Bila politik lebih dominan, maka hasil pansus akan lebih condong pada kompromi dibandingkan kebenaran substansial. 

Tekanan Partai Politik 

Partai Gerindra, sebagai pengusung Sudewo, memberi teguran keras. Ini memperlihatkan bahwa partai politik tak ingin reputasinya rusak oleh perilaku kepala daerah yang lahir dari rahimnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun