Mohon tunggu...
Arip Imawan
Arip Imawan Mohon Tunggu... Pengacara - Arip seorang Lawyer, Blogger, Traveler

semakin bertambah ilmuku maka semakin terlihatlah kebodohanku

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Rihlah di Bumi Blambangan

2 Januari 2016   00:22 Diperbarui: 2 Januari 2016   09:23 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jelang akhir tahun 2015, komunitas halaqoh Jarno mengagendakan untuk rihlah di bumi Blambangan. Kali ini yang dituju adalah kota Banyuwangi dan Situbondo.

14 orang yang tergabung dalam halaqoh Jarno tepat hari Rabu 23 Desember 2015 pukul 22.00 dengan 3 armada (Datsun Go+ Panca, Suzuki Ertiga dan Toyota Avanza) meluncur menyusuri jalanan menuju Banyuwangi. Ke 14 orang tersebut adalah Arip, Nofal, Wawan, Imanuddin, Robi, Wildan, Obi, Eko, Teguh, Norman, Nurrofiq, Wahyu, Edy, Fulan.

Canda tawa mengiringi perjalanan menembus gelapnya malam. Tak peduli jalanan macet mulai dari rest area Sidoarjo hingga Bangil Pasuruan. Kaki terasa pegal karena jalannya mobil yang merambat, pukul 00.45 perjalanan baru sampai Bangil Pasuruan, heeemm hampir 3 jam kejebak macet. Akibat kemactan yang panjang itulah ke tiga armada pisah tak tahu entah kemana, lewat komunikasi Whats app diketahui Datsun Go+ Panca yang ditumpangi Arip, Imanuddin, Wildan, Eko, Obi sudah sampai di Probolinggo, sementara Toyota Avanza yang ditumpangi Nofal, Wawan, Robi, Nurrofiq masih berada di Pasuruan, sedangkan Suzuki Ertiga yang ditumpangi Wahyu, Edy, Norman, Teguh, Fulan sudah duluan sampai Lumajang.

Adzan Subuh berkumandang, Datsun Go+ Panca istirahat untuk isi BBM dan sholat Subuh berjamaah di SPBU Lumajang tepat pukul 04.15. Istirahat 15 menit dan lanjutin perjalanan menuju Jember tepatnya Alun – Alun Jember untuk kumpul bersama dan sarapan bersama. Pukul 07.10 sarapan nasi pecel sambil lesehan disamping alun – alun Jember. Usai sarapan dan sholat Dhuha di Masjid Agung Jember, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pulau Merah Banyuwangi.

Perjalanan dari Jember menuju Banyuwangi melewati hutan belantara dengan jalanan berkelok–kelok khas pegunungan. Yang uniknya adalah sepanjang jalan sering kami jumpai ibu-ibu, maupun bapak-bapak tak jarang juga anak–anak teriak-teriak meminta kami berhenti. Karena baru sekali lewat daerah tersebut, kami lihat lalu lalang kendaraan yang tidak berhenti kami pun juga tidak berhenti karena tidak tahu dan tidak paham maksudnya apa orang – orang yang dipinggir jalan tersebut berteriak–teriak. Allahu a’lam

Waktu menunjukkan pukul 10.55 kami sampai juga di Pulau Merah. Usai memarkir mobil, kamipun bergegas ke pantai dan menikmati indahnya Pulau Merah, subhanalloh sungguh indah, lebih indah pantai pulau merah dibanding pantai kuta maupun Tanjung Benoa di Bali. Untuk melepas dahaga dari perjalanan jauh, kami pun sewa tenda Rp. 20.000/jam dan menikmati segarnya degan ijo Rp. 10.000. Di Pulau Merah kami pun berfoto ria dan memuaskan diri dengan menikmati keindahan alam ciptaan Allahu Robbi.

Usai menikmati keindahan Pulau merah, kamipun sholat Zuhur Asar Jama’ Ta’dhim di Masjid Baitul Falah di desa Sumberagung Pesanggaran Banyuwangi. Dilanjut menuju Pulau Mustika 5 KM dari Pulau Merah.

Sesampainya di Pulau Mustika, perut yang keroncongan diisi dengan makan siang bersama lesehan di warung sekitar pulau Mustika. Usai makan siang kamipun berjalan menyusuri hamparan pasir dan mendaki bukit menuju Pulau Wedi Ireng Pancer Bnayuwangi.

Nafas ngos–ngosan dan keringat membasahi tubuh karena menaiki bukit terbayarkan setelah 30 menit berjalan menjumpai indahnya pemandangan alam di pulau Wedi Ireng. Subhanalloh Allahu Akbar. Tanpa dikomando teman – teman segera menceburkan diri ke pantai yang jernih byuuuurrr. Canda ria tawa senang bahagia mengiringi kami sepanjang hari di pulau wedi ireng.

Saat senja datang, kamipun memutuskan kembali ke pulau mustika dengan mengendarai perahu layang dengan sewa Rp. 25.000 sekali jalan. Ada 7 perahu yang kami sewa masing–masing ditumpangi 2 orang. Wuuiihh.. naik perahu dengan terjangan ombak pantai selatan sungguh pengalaman tersendiri. Ada teman kami mas Teguh sampai pegangan erat di geladak kapal. Aku sendiripun tak henti – hentinya berdzikir memuji Allah akan karunia ciptaanNya yang indah ini sambil berdoa minta diberi keselamatan karena badan terombang ambing dahsyatnya ombak laut selatan.

Tepat adzan magrib sampailah kami ke Pantai Mustika, kamipun menyebar mencari kamar mandi di perkampungan untuk mandi dan melaksanakan sholat Magrib Isya Jama’ Takdhim berjamaah. Usai sholat Magrib hujan mengguyur deras, kamipun putuskan untuk meninggalkan Pulau Mustika menuju Banyuwangi kota untuk mencari penginapan. Perjalanan yang melelahkan, sampai di kota Banyuwangi sudah pukul 23.00 mata dan fisik sudah tidak kuat lagi, kamipun singgah dan beristirahat di Hotel Mangir Banyuwangi, dengan tarif Rp. 75.000 – 115.000 sudah cukup untuk menghilangkan letih di badan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun