Mohon tunggu...
ARIP
ARIP Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hanya seorang anak muda yang menginginkan pengalaman, wawasan, dan pengetahuan luas tentang dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Harapan dan Realita: Di mana 19 Juta Pekerjaan Itu?

18 Agustus 2025   22:26 Diperbarui: 18 Agustus 2025   22:28 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Janji 19 juta lapangan pekerjaan

Janji penciptaan 19 juta lapangan kerja oleh pemerintahan Prabowo-Gibran menjadi sorotan publik sejak diumumkan dalam debat Pilpres 2024. Janji ini menyasar generasi muda dan perempuan, dengan 5 juta di antaranya berupa green jobs-pekerjaan yang mendukung kelestarian lingkungan dan transisi energi. Namun, seiring berjalanya waktu, masyarakat mulai bertanya: Di mana 19 juta pekerjaan itu? Apakah janji ini realistis, atau retorika politik?

 

Realita Statistik: Pengangguran dan PHK Meningkat

menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025:

  • Jumlah pengangguran: 7,28 juta orang (naik 83.450 0rang dari tahun sebelumnya)
  • Tingkat pengangguran terbuka: 4,76% dari total angkatan kerja
  • Angkatan kerja baru: Bertambah 3,67 juta orang, termasuk lulusan baru dan ibu rumah tangga yang kembali bekerja

PHK massal: Diperkirakan mencapai 280 ribu orang tahun ini 

Kondisi ini menunjukan bahwa penciptaan lapangan kerja bukan hanya soal menambah angka, tapi juga soal menjaga stabilitas dan kualitas pekerjaan yang sudah ada.

Pandangan Para Ekonom: Janji Bisa Tapi...

Esther Sri Astuti - direktur Eksekutif INDEF

"Janji itu bisa dilakukan, cuma kebijakan pemerintah yang tidak mendukung."

Ia menyoroti dua hal umum:

  • Minimnya anggaran pendidikan dan pelatihan kerja. Banyak dana dialihkan ke program konsumtif seperti subsidi dan bansos
  • Kurangnya insentif ivestasi produktif. Pemerintah lebih pokus pada konsumsi daripada mendorong investasi yang menyerap tenaga kerja.

Bhima Yudhistira - Direktur CELIOS

"Rasio investasi dengan lapangan kerja makin tidak berbanding lurus."

Bhima menjelaskan bahwa investasi yang masuk lebih banyak ke sektor padat modal. Setiap Rp 1 triliun investasi hanya menyerap sekitar 1.000 tenaga kerja, jauh dari harapan.

Respon Pemerintah: Optimisme di Tengah Ketidakpastian 

Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer (Noel) mengakui bahwa target tersebut sulit dicapai: "kalau seandainya kondisinya stabil, jangankan 19 juta, 20 juta juga tercapai."

Ia menyebut beberapa faktor penghambat:

  • Kondisi global yang "hancur-hancuran", termasuk dampak perang tarif dan ketidakpastian politik internasional
  • dustri yang bertahan atau melakukan efisiensi, sehingga tidak mampu menyerap tenaga kerja baru meski begitu, pemerintah tetap berupaya melalui:
  • proyek strategis berbasis investasi
  • Pencabutan regaulasi penghambat industri, seperti Permendag No. 8 Tahun 2o24
  • pengembangan sektor tekstil dan manufaktur

Namun, Noel belum berani menyebutkan target baru yang lebih realistis

Green Jobs: Janji Masa Depan yang Belum Terpeta

Gibran menyebut bahwa 5 juta dari 19 juta lapangan kerja akan berasal dari sektor ramah lingkungan, seperti:

  • Energi terbarukan 
  • pengelolaan limbah
  • Transformasi hijau
  • Pertanian berkelanjutan

Namun,belum ada roadmap resmi atau strategi teknis yang menjelaskan bagaimana green jobs akan dikembangkan dan diserap oleh tenaga kerja

Refleksi dari Generasi Muda

Sumber: (www.linkedin.com)
Sumber: (www.linkedin.com)

Sebagai pelaku usaha digital, saya melihat bahwa banyak anak muda kini beralih:

  • Freelance dan remote work
  • bisnis online berbasis keterampilan
  • Platform digital seperti marketplace, desain, dan edukasi daring

Namun ini butuh dukungan: 

  • Akses internet yang merata 
  • pelatihan yang relevan
  • kebijakan yang berpihak pada pekerja muda dan pelaku usaha kecil

Janji 19 juta lapangan kerja adalah harapan besar. Tapi harapan harus dibarengi dengan strategi, transparansi, dan partisifasi publik. Tanpa itu, angka hanya akan menjadi slogan.

Pemerintah perlu menyusun peta pada jalan yang jelas, melibatkan semua pihak, dan memastikan bahwa setiap kebijakan benar-benar berdampak pada penciptaan kerja yang layak dan berkelanjutan. Dan kita, sebagai wargan negara, punya peran penting: bukan hanya menuggu, tapi ikut menciptakan peluang dan mengawal janji agar menjadi kenyataan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun