Mohon tunggu...
ARIP
ARIP Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hanya seorang anak muda yang menginginkan pengalaman, wawasan, dan pengetahuan luas tentang dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Harapan dan Realita: Di mana 19 Juta Pekerjaan Itu?

18 Agustus 2025   22:26 Diperbarui: 18 Agustus 2025   22:28 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bhima Yudhistira - Direktur CELIOS

"Rasio investasi dengan lapangan kerja makin tidak berbanding lurus."

Bhima menjelaskan bahwa investasi yang masuk lebih banyak ke sektor padat modal. Setiap Rp 1 triliun investasi hanya menyerap sekitar 1.000 tenaga kerja, jauh dari harapan.

Respon Pemerintah: Optimisme di Tengah Ketidakpastian 

Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer (Noel) mengakui bahwa target tersebut sulit dicapai: "kalau seandainya kondisinya stabil, jangankan 19 juta, 20 juta juga tercapai."

Ia menyebut beberapa faktor penghambat:

  • Kondisi global yang "hancur-hancuran", termasuk dampak perang tarif dan ketidakpastian politik internasional
  • dustri yang bertahan atau melakukan efisiensi, sehingga tidak mampu menyerap tenaga kerja baru meski begitu, pemerintah tetap berupaya melalui:
  • proyek strategis berbasis investasi
  • Pencabutan regaulasi penghambat industri, seperti Permendag No. 8 Tahun 2o24
  • pengembangan sektor tekstil dan manufaktur

Namun, Noel belum berani menyebutkan target baru yang lebih realistis

Green Jobs: Janji Masa Depan yang Belum Terpeta

Gibran menyebut bahwa 5 juta dari 19 juta lapangan kerja akan berasal dari sektor ramah lingkungan, seperti:

  • Energi terbarukan 
  • pengelolaan limbah
  • Transformasi hijau
  • Pertanian berkelanjutan

Namun,belum ada roadmap resmi atau strategi teknis yang menjelaskan bagaimana green jobs akan dikembangkan dan diserap oleh tenaga kerja

Refleksi dari Generasi Muda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun