Mohon tunggu...
Ario Aldi L
Ario Aldi L Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menulis ketika senggang, semakin banyak belajar semakin tidak tau apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Manifestasi Kerancuan Global

5 Juli 2020   15:34 Diperbarui: 21 Juli 2020   17:18 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : pixabay.com/id/photos/kaset-semburat-magnetband-hifi-5148602/


Hari ini kita dihadapkan dengan hal-hal yang tidak kalah absurd dengan pedihnya segelas kopi yang berada diperempatan jalan yang tentunya meminta untuk segera diminum. Tapi ada hal yang akan jelasnya secara mendasar terkait manifestasi kerancuan global. 

Benar seperti keracunan makanan dan budaya primordial yang saya rasa cukup membuat sesak para penghisap tembakau seperti saya. Berita-berita yang berseliweran menjejali pikiran para pembaca. 

Sialnya saya akan sangat menyayangkan kejadian tersebut apabila terdapat konten kreator atau orang-orang yang memiliki privilege yang cukup luas. Entah karena pembaca awam yang mau saja dijejali atau karena penulisnya yang sangat tidak manusiawi. Kedua hal tersebut masih menjadi pertanyaan dalam pikiran saya.

Mungkin para pembaca atau kompasianer akan menelan mentah-mentah bahwa apa yang saya katakan adalah kebingungan biasa yang wajar dalam quarter life crisis atau apapun itu yang menggunakan istilah-istilah yang cukup banyak digunakan dalam ekosistem masyarakat sehari-harinya. 

Memang hari ini kita dihadapkan dengan kondisi seperti itu dan masyarakat dibuat harus mafhum dan menerima hal tersebut sebagai nyanyian lagu yang sudah menjadi kebiasaan bahkan mudah untuk didapatkan.

Semua orang tau bahwa sejak beberapa bulan yang lalu banyak sekali kearifan lokal yang dipaksa untuk bungkam. Sebuah pernyataan yang akan mendapatkan sanggahan, sebagai objek budaya mengapa ia mau menerima keadaan itu begitu saja?

Tapi tunggu, kita akan membahas dari segi lokalitas terlebih dahulu. Masyarakat di pedesaan sangat awam dengan istilah-istilah yang sedang banyak digunakan hari ini--kecuali kenormalan baru atau new normal. 

Konsepsi publik mengarah kepada bagaimana suatu kebijakan yang positif dapat diterima oleh masyarakat dengan tata cara yang sederhana. Bagaimana kalau dalam beberapa hari kedepan konsep dasar tersebut bergeser?

Saya rasa masyarakat tidak perlu bingung dengan manifestasi kerancuan global yang tadi. Karena subsidi sampai hari ini masih mengalir bahkan hingga ke pelosok desa. 

Sembako dan Bantuan Uang Tunai Langsung masih mengalir pada kantong setiap kepala keluarga. Belum lagi tentang kebijakan reshuffle menteri. Ah Gusti saya mau tidur saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun